Sejarah Desa Mandirejo Hingga Tercetusnya Silowo Sebagai Ekowisata di Tuban

Oleh: Nurul Mu’affah

blokTuban.com - Desa Mandirejo merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Merakurak, Kabupaten Tuban. Desa ini memiliki jarak yang strategis, lantaran tempatnya yang berada tak jauh dari pusat kota, dengan jarak tempuh kurang lebih 10 menit. 

Desa ini sendiri memiliki penduduk sebanyak kurang lebih 6.000 jiwa, yang terbagi menjadi tiga dusun, yakni Dusun Mendalan, Dusun Kebondalem dan Dusun Pangklangan. Ketiga dusun tersebut memiliki cerita tersendiri sebelum akhirnya dinamakan Dusun Mendalan, Dusun Kebondalem dan Dusun Pangklangan. 

“Satu Dusun Mendalan, dari kata mendolo kenapa dikatakan mendalan, karena konon ada seorang janda yang ada di dusun itu Namanya mendolo, sehingga orang-orang menyebutnya di situ Mendalan. Di Kebondalem ini, ada kerbau yang masuk di situ istilahnya ndalem, itu dicari orangnya, kebo sing ucul di situ itu diakui orang kebo dalem artinya dibahasakan milik saya, itu sehingga disebut Kebondalem. Di sini yang Pangklangan ini katanya konon ada seorang prajurit yang angklang, angklang itu menjajah atau merantau, sehingga disebut Dusun Pangklangan,” jelas Sutarno, Kasi Pemerintahan Desa Mandirejo.

Menurut cerita yang berkembang di masyarakat, nama Desa Mandirejo berasal dari kata mandi dan Rejo. Mandi sendiri maksudnya ialah tempat pemandian, sedangkan Rejo artinya ramai. Sehingga bila digabung artinya adalah tempat pemandian yang ramai. 

“Mandirejo itu berasal dari kata Mandi-rejo, jadi tempat adus sing rejo,” lanjutnya. 

Kantor Desa Mandirejo, Kecamatan Meraurak, Kabupaten Tuban. (Foto: Nurul Mu’affah/bloktuban)

Selain memiliki cerita sejarah, Desa Mandirejo juga memiliki potensi yang luar biasa, terutama di sektor pariwisata. Seperti halnya tempat wisata Sungai Silowo yang jernih, dengan pemandangan alami. Yang menjadikan tempat tersebut sebagai ekowisata andalan desa, sejak Tahun 2019 silam. 

Sementara itu Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Mandirejo, Maliki mengkonfirmasi, wisata ini sudah ada sejak tahun 2019 lalu. Namun, sempat tutup sementara akibat wabah Covid-19 yang melanda Kabupaten Tuban.

“Baru tanggal 22 Desember 2022, diresmikan lagi oleh Bappeda, Pariwisata dan semuanya ikut launching, dalam pembukaan Silowo,” jelasnya kepada blokTuban.com saat ditemui di tempat wisata.

Setelah diresmikan kembali oleh pemerintah, lanjut Malik, sapaan akrabnya, wisata yang tidak jauh dari pusat kota ini, memiliki konsep  baru. Jika sebelumnya, wisata tersebut hanya pemandian alam murni, maka saat ini juga menyajikan wisata perahu atau susur sungai,  dengan jarak  tempuh kurang lebih 150 -200 meter.

Disamping itu, Desa Mandirejo juga dikenal banyak terdapat pohon sukun, gayam dan pohon sagu. Biasanya, tanaman sagu yang berada di tepi sungai silowo dimanfaatkan oleh  masyarakat sekitar untuk digunakan sebagai anyaman, dan di ambil sagunya. Sementara  daunnya dapat dijadikan sebagai atap. 

Bukan hanya itu saja, di wilayah desa yang bersebelahan dengan Desa Sambonggede ini, juga memiliki kuliner khas desa, yaitu bubur sagu yang banyak dijumpai, saat berkunjung ke Wisata Sungai Silowo dengan harga yang sangat terjangkau, yaitu Rp5 ribu per porsi.[Fah/Dwi]

 

*Penulis merupakan mahasiswa aktif Universitas Trunojoyo Madura (UTM) yang magang di media blokTuban.com.

Temukan konten blokTuban.com menarik lainnya di GOOGLE NEWS