Kalpataru, Bukti Peninggalan Sunan Bonang Tuban Harmonisasi Antar Umat Beragama

Reporter : Savira Wahda Sofyana

blokTuban.com – Raden Makhdum Ibrahim atau yang lebih dikenal dengan Sunan Bonang, merupakan salah satu ulama anggota Wali Songo sebagai penyebar syiar Agama Islam di tanah Jawa.

Selain dikenal sebagai seniman yang berdakwah dengan menggunakan sejumlah perangkat seni, seperti gamelan dan juga karya sastra, Sunan Bonang juga dikenal memiliki toleransi yang tinggi antar umat beragama.

Hal tersebut, salah satunya dibuktikan dengan peninggalannya yang masih ada hingga saat ini, yaitu Kalpataru yang dulu difungsikan sebagai penyangga pendopo rante yang berada di komplek makam Sunan Bonang.

Namun, seiring berjalannya waktu, kini benda tersebut di tempatkan di Museum Kambang Putih sejak Tahun 1984, dengan tujuan agar tidak rusak akibat tangan-tangan jail yang berkunjung ke Makam Sunan Bonang.

“Kalpataru dulunya ada di Sunan Bonang, cuma karena di sini  pengunjungnya banyak dari berbagai daerah, dan kalau itu tetap disini dikhawatirkan ada tangan-tangan jahil nanti bisa rusak, sehingga disimpan di Museum Kambang Putih,” ujar Koordinator Wilayah Juru Pelihara Kabupaten Tuban, Endang Sri Mulyani Kepada blokTuban.com saat ditemui di ruang kerjanya, Jumat (28/7/2023).

Baca Juga:

Peristiwa Penting di Bulan Muharram yang Harus Diketahui Umat Muslim

Pada Kalpataru sendiri, lanjutnya, terdapat ajaran dari Sunan Bonang, seperti halnya akulturasi kebudayaan. Selain itu, dengan adanya peninggalan tersebut membuktikan jika toleransi beragama dari Sunan Bonang sangat tinggi.

Pasalnya, pada Kalpataru terdapat ukiran tempat peribadatan antar umat beragama, yaitu agama Islam, Hindu, Budha, dan juga Tri Dharma atau San Kau (Konghucu/Konfusius, Tao dan Budha).

“Dengan peninggalan Kalpataru, di situ ada pure nya, suro yang digunakan mengaji, ditunjukkann di situ oleh Sunan Bonang. Jadi ada  agama Hindu, Budha dan Islamnya juga, karena memang Sunan Bonang dalam menyiarkan agama Islam menggunakan pendekatan dengan agama sebelumnya,” jelasnya.

Dengan pendekatan hati dan metode dakwah yang digunakan itulah, akhirnya banyak masyarakat yang mengikuti ajaran dari Sunan Bonang dan memeluk agama Islam.

Baca Juga:

Wayang Kulit Sehari Semalam Hibur Warga Gedongombo Tuban

Selain itu, Endang sapaan akrabnya menambahkan bahwa Kalpataru memiliki empat cabang. Di mana, masing-masing agama saling berdampingan. Namun, pada Kalpataru juga terdapat satu tiang lurus menjulang ke atas, sebagai simbol satu tujuan dari beragam perbedaan tersebut.

“Jadi Sunan Bonang mengajarkan agama Islam, dengan cara pendekatan tanpa kekerasan. Setelah diteliti menggunakan karbon, hasilnya mengatakan memang itu ada di zamannya Sunan Bonang, yaitu Tahun 1445 sampai 1525,” katanya. [Sav/Ali]