Shampo  Oh Shampo

Penulis: Sri Wiyono


blokTuban.com – Ini lagi-lagi kisah tentang keusilan dan kejahilan Zaid, tokoh santri kita pada santri lain. Dan, kejahilan-kejahilan semasa masih di pesantren itu, ternyata membuat hubungan kekeluargaan Zaid dengan santri lain tetap akrab. Murni jahil, ngerjain tanpa bermaksud jahat. Meski tak jarang sangat keterlaluan kejahilan yang dilakukan.

Salah satunya adalah jahilnya Zaid pada salah satu santri yang tinggal satu kompleks pesantren dengannya. Santri ini memang dikenal beda. Dia cenderung agak pelit dan jaim. Atau dulu disebut kemenyek.

Bukan Zaid namanya, kalau tidak bisa ngerjain santri itu. Kala itu, santri tersebut, sebut saja Udin memang selalu pernampilan perlente. Orangtuanya yang juragan sawah di desanya, menjadikan Udin aman secara finansial. Karena itu, penampilannya agak beda dengan santri lain.

Pakaiannya necis-necis. Selaku disetrika halus. Sedangkan santri lain, banyak yang berdandan ala kadarnya. Sering pakaiannya tanpa disetrika. Udin juga cukup merawat diri. Selain wewangian, Udin juga rajin pakai minyak rambut yang wangi.

Jika santri lain sekolah di madrasah aliyah (MA), Udin lebih memilih sekolah di SMA favorit. Karena itu, pergaulannya juga beda. Dia jarang ikut nimbrung santri lain. Dia lebih sering menyendiri.

Pada suatu Kamis malam, atau malam Jumat Udin sudah menyiapkan keperluannya untuk hari Jumat besoknya. Lazimnya santri, setiap mau Jumatan pasti mandi dan keramas. Karena itu, biasanya sudah menyediakan shampo, meski hanya beli sachetan sejak Kamis malam.

Tak terkecuali Udin. Malam itu, sehabis di warung, dia terlihat membawa shampo sachetan. Shampo merek terkenal kala itu. Kebetulan, merek yang sama, juga menyediakan untuk minyak rambut. Sama dalam bentuk sachet.

Zaid yang sudah sejak lama mencari ide untuk ngerjain Udin mendadak muncul ide cemerlang. Dia bisik-bisik dengan santri lain untuk menyampaikan idenya. Baru mendengar ide jahil Zaid saja, santri lain sudah senyum-senyum, membayangkan betapa marahnya Udin nanti.

Rencana pun berjalan. Zaid kemudian meminta salah satu santri temannya untuk ke warung membeli sesuatu. Zaid sudah mempelajari kebiasaan Udin. Setiap mau tidur, dia ke kamar mandi untuk gosok gigi dan wudhu.

Maka kesempatan itu yang akan digunakan. Santri yang ke warung sudah datang. Dia langsung memberikan sesuatu pada Zaid. Benar, Udin tak lama kemudian keluar dari kamar. Dia membawa handuk dan gayung berisi peralatan mandi.

Begitu Udin sudah di dalam kamar mandi, Zaid beraksi. Sedangkan santri lain menjaga pintu, kalau-kalau Udin tiba-tiba datang. Zaid masuk ke kamar Udin, mencari sesuatu. Barang yang dicari ternyata diletakkan di atas lemari pendek di kamar. Barang itu lalu diambil, lalu diganti dengan barang yang sebelumnya dikasihkan santri ke Zaid. Setelah itu, Zaid keluar sambil senyum-senyum. Misi selesai, tinggal menunggu hasilnya besok.

Jumat siang, para santri sudah bersiap mandi. Zaid dan santri lain sudah merancang mandi Jumat siang itu dibuat berlama-lama. Tujuannya, Udin harus mandi terakhir, karena kamar mandi harus gantian. Sementara waktu terus berjalan.

Zaid sudah selesai mandi. Lalu disusul oleh santri lain. Mereka masuk ke kamar mandi berdasarkan antrean. Dan benar Udin berada di antrean paling belakang. Santri yang di depan Udin mandinya cukup lama. Sehingga saat giliran Udin, waktunya sudah mepet.

Giliran Udin pun tiba. Dia bergegas masuk kamar mandi. Lalu melepas baju dan sarungnya. Hal itu bisa dilihat dari sampiran di atas daun pintu kamar mandi. Suara byar byur air terdengar. Zaid dan santri lain mulai cekikian. Namun Udin tak menyadari.

Dia lalu mengambil shampo sachetan setelah seluruh tubuhnya dibasahi termasuk rambut. Udin membuka shampo itu dengan cara digigit jujungnya. Lalu dia menuang isinya ke telapak tangan, dan dioleskan ke seluruh rambut setelah digosok-gosok dengan tangan.

Anehnya, shampo itu tak menghasilkan busa. Bahkan,rambut Udin terasa makin lengket. Wangi shampo itu juga beda dengan biasanya. Masih belum yakin, Udin menuang lagi dan mengusapkan ke rambutnya lagi. Tapi, lagi-lagi tak ada busa di sana.

Dia mulai curiga. Lalu melihat bungkus shamponya. Dia spontan kaget karena yang dipakai keramas bukan shampo, tapi minyak rambut. Bungkusnya memang mirip, mereknya juga sama. Dia sadar kalau sudah menjadi korban Zaid.

‘’Zaid jurang ajarrr....,’’ teriak Udin dari dalam kamar mandi.

‘’Hahahahaha......!! Mas, kalau keramas itu pakai sampho bukan pakai minyak rambut,’’ teriak Zaid dari luar sambil terkekeh.

Dan santri-santri lain pun semua menertawakan kekonyolan Udin. Ternyata malam itu, Zaid masuk kamar Udin untuk menukar shampo yang dibeli Udin dengan minyak rambut. Sementara Udin menggerutu dari dalam kamar mandi. Zaid dan santri lain meninggalkan Udin yang masih berjuang menghilangkan minyak rambut di rambutnya. Sementara azan Jumatan sudah berkumandang. Ahhh...dasar Zaid.[*]

 

*Cerita ini berdasarkan kisah nyata yang dialami santri lalu ditulis dan diolah kembali oleh redaksi blokTuban.com