Melirik Kehidupan Para Pekerja Pasar Malam

Kontributor: M. Anang Febri

blokTuban.com - Seperti yang kita tahu, kehadiran pasar malam kerap menjadi hiburan tersendiri bagi masyarakat untuk mencoba berbagai macam wahana permainan yang disuguhkan. Kedatangannya yang menghadirkan banyak hiburan dan tawa pada anak kecil hingga dewasa ini, mengukir kisah-kisah dibalik kehidupan para pekerja pasar malam.

Rangga (27), pengelola pasar malam asal Kabupaten Rembang, Jawa Tengah yang melabuhkan kelompoknya di Lapangan Bahagia Desa Sumberejo, Kecamatan Rengel, Kabupaten Tuban, Jawa timur, bercerita menganai bagaimana kehidupan mereka, para pekerja pasar malam.

"Dari Rembang Jawa Tengah, kita bawa 8 wahana pasar malam terbesar yang pernah ada di Indonesia. Untuk pengelolaannya, saya mengambil pekerja tersebut rata-rata dari jalanan. Anak-anak bertato lah mas," ungkap Rangga kepada blokTuban.com, Sabtu (23/9/2017).

Dia sengaja mengambil pekerja yang notabenya berasal dari anak-anak jalanan dan pemuda punk, untuk menyadarkan mereka supaya hidup lebih baik, "semua pegawai di sini bertato. Biar mereka gak dipandang sebelah mata oleh masyarakat dan bisa punya penghasilan tetap, saya ajak mereka," tambahnya disela waktu longgarnya mengurusi salah satu wahana.

Dari penghasilan pasar malam tersebut, lelaki 27 tahun tersebut bisa memberi upah minimal Rp150.000 kepada setiap anggotanya, upah tersebut sudah bersih dari uang makan dan jajan para pekerja.

"Kehidupan di sini bisa dibilang makan seperti ratu, tapi tidurnya seperti hewan mas. Setiap makan mereka bebas pilih menu apa saja, tapi tidurnya di lapangan begini. Kadang pakai karpet, di meja, di rumput, pokoknya seadanya," canda lelaki yang mengelola usaha pasar malam milik kakak kandungnya itu.

Usaha yang dirintis bersama keluarganya sejak tahun 1996 tersebut, telah banyak membawa manfaat serta membuka lapangan pekerjaan bagi orang yang membutuhkannya. Hal tersebut memang sudah dilakukan bahkan dari awal berdirinya usaha.

Meskipun demikian, pekerja pasar malam banyak mengeluhkan tentang perijinan tempat dan sewa tanah yang kadang jadi permaianan oleh oknum yang tidak bertanggungjawab.

"Pernah kemarin ditawari event di Alun-Alun Kabupaten Tuban, tapi sewanya 50 juta. Padahal hanya 5 hari acaranya, gak sampai seminggu. Otamatis kita gak berani lah," pungkas Rangga yang sedang bergegas membongkar wahana-wahananya untuk berpindah tempat ke Kabupaten Lamongan.

Pihaknya menambahkan, bahwa dalam menggeluti dunia pasar malam memang dibutuhkan keberanian serta spekulasi yang matang, supaya tidak terjadi kerugian yang teramat besar. [feb/rom]