Skip to main content

Category : Religi, Sastra & Budaya


Blok Cerpen

Senja di Ujung Mata

“Pergiiii,”... teriak Seno dari dalam kamarnya. Dengan nada terbata-bata juga isak tangis perempuan paruh baya itu masih berdiri di depan pintu kamarnya. Semenjak Seno mengenalnya, semenjak itu Seno menjadi berubah. Seolah ingin dimengerti dan ingin seperti mereka. Ya layaknya anak muda zaman sekarang dengan kendaraan kuda besi juga dengan teman yang sering mereka agung-agungkan, benda kecil dengan macam-macam aplikasinya. Benda kecil itu bernama smartphone atau handphone pintar, ya dari namanya saja sudah seperti itu. Sudah bisa dibayangkan bagaimana kecanggihannya.  

Tumbuhkan Niat Sejak Dini, 200 Siswa Ikuti Manasik

Untuk menumbuhkan niat berhaji sejak dini, ratusan siswa dari Taman Kanak-kanak Islam Terpadu (TKIT) dan Play Group Islam Terpadu (PGIT) Al Uswah Jatirogo memadati lapangan sepak bola Suwedang, Desa Paseyan, Jatirogo. Mereka bukan untuk bermain bola, melainkan untuk mengikuti kegiatan Manasik Haji.

Kafilah Senori, Juara Umum MTQ XXVII Kabupaten Tuban

Utusan (Kafilah) Kecamatan Senori sabet Juara Umum dalam Perlombaan Musabaqah Tilawatil Qur'an (MTQ) XXVII tingkat kabupaten Tuban 2016. Pembacaan Pengumuman tersebut di umumkan oleh pihak panitia MTQ XXVII Kabupaten Tuban di alun-alun Tuban pada Senin (19/9/2016) pukul 21:00 WIB sampai dengan selesai.

Blok Cerita Pendek

Janji Segodong Kering

Kutulis kisahku dalam lukisan nyata, entah itu akan abadi atau hanya menjadi goresan usang yang akan terlupakan begitu saja. Yang jelas saat ini aku hanya bisa bercerita pada langit, hmm yang bagiku sudah tak sebiru bulan lalu. Kau tahu bulan lalu? ya, bulan dimana pancaran sinarnya berselimut kesyahduan. Tapi tidak dengan sekarang, bercerita pada langitpun aku tak sanggup. Karna setiap aku ingin mengutarakan maksudku, air langitpun seperti memberi isyarat. Entah apa, yang jelas aku masih belajar mengejanya. Jangankan air langit, kadang awan hitampun memberikan nyanyian, cukup merdu dan cukup membuatku tak berhenti untuk berpikir lebih dalam lagi.

Idul Adha dan (Membunuh) Nafsu Kebinatangan

Orang kampung saya, mungkin juga kampung lain di Bojonegoro selalu menyebut Idul Adha dengan istilah 'riyaya besar'. Riyaya adalah bahasa Jawa dari hari raya. Sementara istilah 'besar' sampai saat ini saya belum memgetahui bagaimana asal-usulnya. Jika di kampung saya malam Idul Adha lebih ramai dari pada malam idul fitri, karena di malam itu disediakan berbagai macam hidangan makanan ringan di meja tamu setiap rumah warga sekitar rumah saya. Anggapan saya, inilah yang menyebabkan di kampung saya idul adha disebut 'riyaya besar'.

Esai Minggu

Mari Merawat Seni Tertawa

Hidup ini kelewat serius. Jadi perlu selingan untuk tertawa agar hari-hari berjalan tidak dalam ketegangan yang terus menerus. Kecemasan melihat masa depan yang tak menentu, bisa menambah ketegangan hidup makin memuncak. Lagi-lagi untuk mengendorkannya, perlu usaha untuk merawat rasa humor.

INKANAS Tuban: Keterampilan Bela Diri Membentuk Kepribadian Disiplin

<p dir="ltr">Setelah ditetapkannya Lembaga Karate Inkanas (Institut Karate-Do Nasional) secara resmi di Polres Tuban maka dipilih hari Sabtu menjadi agenda rutin latihan bersama anggota Polres Tuban. Selain hari Sabtu, juga akan diadakan latihan rutin setiap hari Rabu untuk anggota Polsek se-Kabupaten Tuban. Sesuai rencana, setiap Polsek wajib mengirimkan lima anggotanya untuk mengikuti latihan karate tersebut. &nbsp;

Blok Buku

Panggil Aku Genduk!

Novel berjudul Genduk ini bersetting waktu sekitar tahun 1970 di daerah Temanggung, Jawa Tengah. Genduk adalah tokoh utama dalam cerita dengan kepribadian gadis berumur 11 tahun yang sederhana namun memiliki rasa keingintahuan yang besar serta tekad yang kuat dalam menjalani kehidupannya yang keras. Genduk tinggal di desa paling puncak Gunung Sindoro, Temanggung. Tepatnya di Desa Ringinsari bersama ibunya yang biasa ia panggil biyung.

Bulan Jawa Pengaruhi Ramainya Pernikahan di Rengel

Jumlah pernikahan yang tercatat di Kantor Urusan Agama (KUA) Rengel mengalami naik turun. Hal tersebut terjadi lantaran penanggalan Jawa masih menjadi patokan berlangsungnya pernikahan.