
Reporter : Ali Imron
blokTuban.com - Para aktivis kampus dan pemuda diminta untuk terlibat cawe-cawe alias siap menghadapi perkembangan proyek kilang minyak yang digarap oleh PT Pertamina (Persero) bersama mitranya asal Rusia, Rosneft di wilayah Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban, Jawa Timur. Sebab, keberadaan megaproyek Grass Root Refinery (GRR) Tuban ini memiliki nilai investasi yang sangat besar.
"Para aktivis dan pemuda jangan sampai menjadi penonton di rumah sendiri. Karena saat ini Tuban menjadi salah satu kabupaten tujuan investasi industri, diantaranya proyek kilang minyak. Kita harus siap menghadapi hal itu,” kata M. Abdul Rohman, salah satu narasumber seminar kepemudaan dalam acara pelantikan pengurus HMI dan KOHATI Cabang Tuban periode 2025 – 2026 bertempat di gedung DPRD kabupaten setempat, Minggu, (29/6/2026).
Jurnalis Tuban itu menyebut data PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) melaporkan bahwa kebutuhan investasi proyek GRR Tuban ini melonjak menjadi sekitar US$ 23 miliar atau setara Rp 377,38 triliun dari estimasi awal sebesar US$ 13,5 miliar. Artinya apa, skala investasi yang besar ini harus serius dikawal untuk kemajuan dan kesejahteraan masyarakat Kabupaten Tuban.
"Keterlibatan publik untuk mengawal perkembangan industri dapat diarahkan untuk memberikan memanfaat yang lebih luas bagi masyarakat dan lingkungan. Terlebih, aktivis mahasiswa dan pemuda diminta untuk memiliki kemampuan kritis dan mampu memecahkan masalah di tengah perkembangan industri Tuban," tegas Rohman panggilan akrabnya.
Pengurus Karang Taruna Provinsi Jatim itu membeberkan pemuda ini memiliki peran yang krusial dalam rangka menyongsong perkembangan industri. Salah satu tujuannya demi memastikan perkembangan industri yang berkelanjutan dan bertanggung jawab.
Selain itu, dia menegaskan di Tuban juga telah bercokol perusahaan PT Semen Indonesia Pabrik Tuban, Solusi Bangun Indonesia (SBI), TPPI, PLTU Tanjung Awar-awar, dan lainnya.
Oleh sebab itu, Rohman menjelaskan keterlibatan aktif para pemuda menjadi ujung tombak untuk mengawal industrialisasi di Tuban. Keterlibatan ini dapat berupa partisipasi aktif dalam proses pembuatan kebijakan, pengawasan terhadap praktik industri, dan penyampaian aspirasi serta umpan balik kepada pihak-pihak terkait.
"Teman-teman ini adalah agen perubahan, dan peran aktif pemuda dapat menjadi garda terdepan dalam menghadapi perkembangan industri serta mewujudkan Indonesia yang maju," tambah Rohman dihadapan peserta.
Hal sama juga disampaikan Ketua DPRD Tuban, Sugiantoro. Ia menyebut dimanapun berada pemuda wajib berperan aktif dalam menghadapi kemajuan industrialis di Tuban.
Ia pun telah menyiapkan sejumlah regulasi atau aturan karena pertumbuhan industri di Tuban naik signifikan. Tujuan regulasi ini untuk menjamin pembangunan industri yang berkelanjutan, perlindungan hak masyarakat dan lingkungan.
"Tujuan regulasi ini untuk mendorong pemberdayaan tenaga kerja lokal, dan memastikan kontribusi industri terhadap PAD," tegas politisi senior asal Partai Golkar di hadapan peserta dari kalangan HMI, KAHMI, perwakilan mahasiswa, pelajar, tokoh kepemudaan, dan lainnya.
Terkait naiknya pertumbuhan industri, wakil rakyat itu menyebut bahwa DPRD Tuban konsisten dalam melakukan pengawasan atau monitoring terhadap CSR perusahaan, dan dampak lingkungan. Termasuk, DPRD Tuban berkomitmen menciptakan regulasi yang adil, inklusif, dan berkelanjutan.
"Industrialisasi bukan hanya tentang pertumbuhan, tapi juga keadilan sosial dan lingkungan. Oleh sebab itu, kami ajak semua pihak bersinergi membangun Tuban yang maju," jelasnya.
Lebih lanjut, selain dua narasumber tersebut ada pemateri dari Pemkab Tuban yang diwakili Kepala Bidang Pelatihan Penempatan Tenaga Kerja dan Hubungan Industrial Disnakerin Tuban Lusiana.
Kemudian, narasumber lainnya dari pengamat Industrialisasi Rifki Mukhlason. Ia menyampaikan Industri perlu, tapi harus disiapkan.
"Tanpa perencanaan matang, partisipasi masyarakat, dan penguatan SDM lokal, maka industrialisasi bisa menjadi bencana jangka panjang, bukan berkah pembangunan," pungkasnya.