Oleh: Dwi Rahayu
blokTuban.com - Malam Lailatul Qadar adalah malam yang ditunggu selama bulan Ramadan. Kapankah pastinya malam Lailatul Qadar 2023 nanti?
Dikutip dari laman Majelis Ulama Indonesia (MUI Digital), setidaknya terdapat sekitar 40 pendapat ulama mengenai kapan waktu terjadinya lailatul qadar ini. Namun pendapat yang populer adalah pada waktu 10 malam terakhir bulan Ramadan.
Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam hadits Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari:
عن عائشةَ رضÙÙŠÙŽ الله٠عنها أنَّ رسولَ الله صلَّى الله عليه وسلَّمَ قال: ((تَØرÙّوا لَيلةَ القَدْر٠ÙÙŠ الوَتْر من العَشر٠الأواخÙر٠من رمضانَ) رواه البخاريÙÙ‘ )
Artinya: "Dari Aisyah ra. Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: bersungguh-sungguhlah kamu beribadah pada malam Qadr yaitu pada malam-malam ganjil sepuluh hari terakhir bulan Ramadan." (HR. Bukhari).
Ketidak-pastian waktunya mengandung hikmah yang sangat besar, yaitu membuat manusia terus beribadah setiap malam dengan harapan mendapatkan kemuliaan lailah al-qadr.
Tapi penting untuk diketahui, Lailatul qadar adalah malam yang penuh berkah, sering disebut sebagai malam beribu bulan. Keberkahan lailatul qadar ini berganda-ganda karena terletak di bulan Ramadhan. Allah berfirma:
شَهْر٠رَمَضَانَ الَّذÙÙŠ Ø£ÙنْزÙÙ„ÙŽ ÙÙيه٠الْقÙرْآن٠هÙدًى Ù„Ùلنَّاس٠وَبَيÙّنَات٠مÙÙ†ÙŽ الْهÙدَى وَالْÙÙرْقَانÙ
“Bulan Ramadhan, yaitu bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu serta pembeda (antara yang hak dan yang batil).” (Q.S. al-Baqarah [2]: 185)
Selain itu keutamaan Malam Lailatul Qadar atau lailah al-qadr itu sangat luar biasa (hâil dlakhm). Di dalamnya Al-Qur’an diturunkan sebagai petunjuk manusia untuk menjadi penjelasan dan pembeda antara yang hak dan yang batil. Menurut Syekh Abdul Halim Mahmud, makna nuzûl al-Qur’an adalah “nuzûlur risâlatir rahmatil ‘âmmah (turunnya risalah yang penuh kasih sayang secara menyeluruh/tidak pandang bulu).”
Yang dimaksud al-rahmah al-‘âmmah (kasih sayang menyeluruh) adalah “al-rahmah bi kullil ‘awâlim (kasih sayang/rahmat untuk setiap alam).” (Syekh Abdul Halim Mahmud, Syahr Ramdhân, Kairo: Darul Ma’arif, tt, hlm 20). Pandangan ini didasari oleh firman Allah:
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ Ø¥Ùلَّا رَØْمَةً Ù„ÙلْعَالَمÙينَ
“Tidak lain Kami mengutusmu (Muhammad), kecuali untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (Q.S. al-Anbiya’ [21]: 107)
Temukan konten Berita Tuban menarik lainnya di GOOGLE NEWS