Pilu Petani Desa Kanorejo Tuban, Usul Tanggul Sejak 2014 tapi Tak Kunjung Dibangun

Reporter : Muhammad Nurkholis

blokTuban.com – Desa Kanorejo merupakan desa yang berada di bantaran Sungai Bengawan Solo, namun kendati letaknya di pinggir sungai Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tuban tak merealisasikan keinginan warga agar dibuatkan tanggul bengawan.

Salah satu faktor yang menjadikan Desa ini sering terendam banjir ia lah karena tak adanya tanggul pembendung air bengawan. Salah satu anggota Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Kanorejo Bambang (48), mengatakan bahwa salah satu penyebab terjadinya banjir adalah dikarenakan tidak adanya tanggul penahan air bengawan bahkan warga telah mengusulkan dari 2014 hingga saat ini. 

Selain itu, setiap tahunnya dalam musyawarah perencanaan pembangunan kecamatan juga diusulkan pembuatan tanggul, akan tetapi sampai saat ini belum ada realisasinya. 

“Kita sudah mengusulkan dari 2014 tapi sampai saat ini Desa Kanorejo belum dibuatkan tanggul,” ujar Bambang (48) kepada blokTuban.com, Selasa (21/02/2023).

Baca Juga:

Jerit Petani Tuban: Rugi Milyaran Rupiah dan Minta Tanggul Penghalau Banjir Dibangun

Bahkan, akibat banjir ini kerugian terus menghantui  petani jika air Bengawan Solo mengalami kenaikan, karena ancaman air rendam lahan pertanian tak bisa dielakkan.

Senada dengan Bambang, Sutiono (53) juga sangat mengharapkan adanya tanggul penahan air bengawan karena dari beberapa desa yang ada di sekitar Desa Kanorejo hanya Desa Kanorejo saja yang belum dibuatkan tanggul.

“Hanya desa sini saja yang belum dibuatkan tanggul sedangkan desa lain sudah,” ujar Sutiono.

Menurutnya banjir tahun ini merupakan banjir perdana setelah 3 tahun belum ada banjir lagi kendati banjir adalah bencana alam yang tidak bisa dibendung, dengan adanya tanggul diharapkan bisa meminimalisir dampaknya.

Laudi (61) juga merasakan dampak banjir di tahun 2023. Ia harus merelakan lahan persawahan terendam banjir sama dengan kedua orang tadi. Menurutnya luapan air Bengawan Solo sebenarnya bisa ditanggulangi jika adanya tanggul bengawan.

“Jika ada tanggul mungkin dampak nya tak seperti ini mas,” ujar Laudi.

Laudi juga semakin sedih dikarenakan air yang sudah masuk di area persawahan akan lama keluarnya karena pembuangan yang kurang memadai, kendati air bengawan sudah surut.

“Untuk surut kita harus menunggu satu minggunan dari surut air bengawan karena area persawahan lama surutnya,” bebernya. 

Sedangkan saat di konfirmasi terkait usulan warga yang belum ditanggapi oleh Pemkab, Kepala Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang, Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman (PUPR PRKP) Kabupaten Tuban, Agung Supriyadi tak ada di kantor dinasnya. Begitupun dengan Kepala bidang sumber daya air Kapitano Gunawan juga tidak sedang ada di ruangannya. Kompak keduanya pun belum merespon saat di konfirmasi melalui pesan Whatsapp. [Nur/Ali]

 

Temukan konten blokTuban.com menarik lainnya di GOOGLE NEWS