Reporter : Muhammad Nurkholis
blokTuban.com – Seniman wayang kulit di Kabupaten Tuban sudah mulai jarang ditemui. Namun bukan berarti tidak ada sama sekali, masih ditemui seniman dan pengrajin wayang kulit, salah satunya adalah Ki Susiyanto (52), dalang wayang kulit asal Desa Sawahan, Kecamatan Rengel, Kabupaten Tuban.
Dalang Yanto sapaan akrabnya selain berkesenian menggelar pertunjukan wayang kulit ternyata disela-sela kesibukannya ia juga memiliki sebuah hobi membuat wayang. Bahkan kecintaannya dengan membuat wayang sudah ada sejak ia masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD).
“Sekitar kelas 4 SD, sudah mulai hobi membuat wayang, tapi saat itu material yang dipakai berawal dari karton. Setelah itu menggunakan kulit kambing,” ujar Susiyanto kepada blokTuban.com, Jumat (27/01/2023).
Menurut penuturan Yanto, ia memiliki darah seorang dalang dari ayahnya. Namun kemahirannya membuat wayang bukan diajarkan dari ayahnya, melainkan otodidak dari keterampilannya sendiri.
Dengan sedikit mengenang masa lalunya dalang ramah ini, ia menceritakan awal mula ia belajar membuat wayang saat itu dilakukannya selepas pulang sekolah. Yanto kecil selalu datang ke rumah tetangganya yang saat itu memiliki keterampilan membuat wayang.
Melihat tetangganya tersebut ia mulai belajar membuat wayang. Bahkan ia membeli beberapa wayang dari luar kota untuk mempelajari bagaimana pakem wayang di setiap daerah.
Melihat contoh model wayang kulit tersebut, ia lebih tertarik dengan wayang buatan seniman Solo. Sebab itu yang menjadi pakem pembuatan wayang miliknya saat ini adalah pakem Solo, karena memiliki karakteristik yang pas dengan dirinya.
“Biar tahu saya beli wayang Solo dan saya tiru, dan saat ini pakem wayang buatan saya berasal dari Solo Jawa Tengah,” tambahnya.
Seiring kemampuan mendalangnya terasah, Yanto berhasil meraih Juara 1 dalang cilik tahun 1984 di Taman Budaya Jawa Timur Surabaya. Sebagai pengrajin wayang, ia mengaku pembuatan gunungan menjadi tantangan tersendiri buatnya. Dikarenakan dalam pembuatannya harus teliti karena banyaknya ukiran, serta jika ada kesalahan sedikit akan membuat bingung.
Untuk bahan baku sendiri Yanto memilih menggunakan bahan baku dari kulit kerbau dikarenakan karakteristik kulit kerbau yang bisa diukir hingga setipis rambut. Selain itu kulit kerbau tidak mudah rusak.
Untuk membuat wayang kulit, Yanto mendapatkan bahan baku kulit kerbau dari Solo. Untuk usia kerbau tak ada karakteristik khusus, bahkan mulai dari anak kerbau (gudel) sudah bisa digunakan tambahnya.
"Sedangkan untuk gapitan atau biasa kita ketahui sebagai pegangan wayang menyesuaikan dengan keinginan pemesan. Bisa menggunakan tanduk kerbau atau dari fiber," terangnya.
Untuk proses pembuatan wayang, yang pertama Yanto lakukan yaitu membuat sketsa wayang di selembar kertas putih. Setelah gambar selesai ia akan memotong lembaran kulit kerbau untuk direndam selama 24 jam dan dikeringkan dengan suhu ruang selama seminggu.
Baru setelah kering kulit kerbau ditaruh di atas kertas untuk dibuatkan pola. Selanjutnya ia mulai memotong kulit kerbau dan mulai mengukir kulit kerbau tersebut. Sehabis wayang jadi baru proses pengecatan dan pemasangan gapitan. Dalam membuat satu wayang ia memerlukan waktu 10 hari.
Untuk wayang buatannya ia bandrol dengan harga bervariatif dan kembali lagi dari bahan baku pembuatan dan ukuran wayang.
“Untuk harga tergantung bahan dan ukurannya mas, jika ukuran werkudara standar dengan ukuran 60 hingga 70 cm dari kulit kerbau dan gapitan tanduk kerbau, harga sekitar 2 jutaan,” bebernya.
Dalam pembuatan wayang ia masih berpegang pada nasihat ayahnya dulu yaitu dalang dilarang menjual wayang. Artinya seorang dalang tidak boleh menjual wayang yang ada di kotak pribadi milik dalang. Mengingat wejangan tersebut ia tak akan menjual wayang-wayang yang ia miliki di dalam kotak.
Dan jika ada yang berminat dengan wayang buatannya pembeli harus pre order atau pesan dahulu. Ia tak bisa memastikan kapan jadinya karena dalam pembuatan, pikiran harus benar-benar fresh dan tidak ada tekanan karena dapat mempengaruhi hasil.
Wayang buatan Yanto saat ini sudah terjual hingga Wonogiri Jawa Tengah, Kabupaten Blora, Lamongan, Cepu, Nganjuk, Bojonegoro, dan Tuban sendiri. Serta ia juga welcome jika ada anak muda Tuban yang ingin belajar membuat wayang kepada dirinya.[Nur/Dwi]
Temukan konten berita Tuban menarik lainnya di GOOGLE NEWS