Reporter : Sri Wiyono
blokTuban.com – Selain sektor pajak, sumber penerimaan lain negara adalah dari sektor minyak dan gas (migas). Selama kurun waktu 2018-2022 saja, usaha hulu migas bisa menyumbang penerimaan negara sekitar US$ 72.6 Miliar. Total bagian negara tahun 2022 sebesar US$ 18,19 Miliar atau 183% dari target APBN atau 109% dari target APBNP 2022. Pendapatan ini setara dengan Rp270 Triliun.
Hal itu disampaikan Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto dalam konferensi pers capaian kinerja SKK Migas tahun 2022 dan target 2023.
Penerimaan itu, lanjut Dwi Soetjipto, selain dari kenaikan harga, juga tambahan penerimaan negara di antaranya dari Spot LNG, FTG dan lain-lain sebesar US$2,07 Miliar atau setar Rp30,6 Triliun.
Capaian itu di antaranya diperoleh dari usaha keras yang dilakukan. Di antaranya dengan pengeboran sumur eksplorasi tajak atau pengeboran sumur untuk kali pertama tahun 2022 sebanyak 30 sumur. Jumlah ini meningkat 7% dibandingkan tahun 2021. Sedangkan rencana tajak 2023 sebanyak 57 sumur atau meningkat 90% dari tahun sebelumnya.
Pengeboran dan kegiatan produksi membutuhkan investasi. Selama 2022 investasi untuk eksplorasi sebesar US$ 0,8 Miliar, atau meningkat 33% dibandingkan tahun sebelumnya. Investasi eksplorasi 2022, sudah recover akibat pandemic bahkan tertinggi dalam 5 tahun terakhir.
‘’Sementara target investasi pada 2023 sebesar US$ 1,7 Miliar, atau meningkat 112%,’’ ujar Dwi Soetjipto.
Sedang keseluruhan investasi selama tahun 2022, jelas Dwi, sebesar US$ 12.3 Milyar atau naik 13% dari tahun 2021. Jumlah ini lebih tinggi dari rata-rata kenaikan investasi global yang hanya 5%. Sementara target 2023 sebesar US$ 15.5 Milyar atau meningkat 26% dari tahun 2022 lebih tinggi dari global sekitar 6.5%.
Untuk menjaga produksi minyak dan mencapai target penerima negara, SKK Migas di antaranta terus menjaga proyek strategis nasional. Di antaranya adalah Jambaran Tiung Biru yang onstream 20 September 2022, kemudian Tangguh Train 3 yang penyelesaian proyek di 2020-2021 terhambat akibat outbreak covid-19 di camp.
Juga rencana onstream Q1-2023 Indonesia Deepwater Development yang proses pengalihan Participating Interest dan Operatorship Q1 2023. Selain itu pengajuan revisi POD & Extention: Q3 2023, proyek EPC: 2024 – 2028 dan target onstream: 2028 (perkiraaan menunggu revisi POD).
Juga di Abadi Masela yang dalam proses penyelesaian divestasi dan penyelesaian lainnya.
Sedang lifting minyak selama 2022 tercatat 612,3 MBOPD atau 93% dari target 703 MBOPD. Sedang target 2023 sebesar 660 MBOPD. Sedang salur gas selama 2022 sebanyak 5.347 MMSCFD atau 97% dari target 2022 sebesar 5.800 MMSCFD, sedang target salur gas 2023 sebesar 6.160 MMSCFD.[ono]