Hasil Panen Tembakau Tuban Tak Maksimal, Petani Lega Harga Jualnya Stabil

Reporter : Savira Wahda Sofyana

blokTuban.com – Kemarau basah yang melanda Kabupaten tuban pada tahun ini, rupanya membawa dampak kurang sedap bagi para petani tembakau, di Kecamatan Plumpang, Kabupaten Tuban. 

Pasalnya, akibat intensitas curah hujan yang cukup tinggi, membuat tanaman tembakau milik petani, menjadi rusak bahkan mati. Salah seorang petani tembakau di Desa Sumberagung, Kecamatan Plumpang, Mokhtar mengeluhkan jika panen tembakau tahun ini kurang maksimal. 

“Berhubung kebanyakan hujan, ini banyak yang tidak jadi (mati) karena kebanyakan air karena ini kan kemaraunya termasuk kemarau basah yang banyak hujannya,” terangnya saat dikonfirmasi oleh blokTuban.com diarea persawahannya, Rabu (28/9/2022). 

Kendati demikian, dikatakannya bahwa harga jual untuk tembakau tahun ini terbilang cukup stabil, yaitu dikisaran Rp350-400 ribu per kwintal. Dari hasil panen tersebut, biasanya setiap tahun, pria ramah ini selalu menjual atau memasok tembakau ke Jawa Tengah. 

Baca juga :

BPS Jatim : Setiap Pekan Rata-rata Penduduk Jatim Hisap 76,44 Batang Rokok

Marak Perokok Anak, Kemenkes Dorong Revisi PP Tembakau

Kemenkeu Tetapkan Tarif Cukai Rokok Naik 12 Persen Tahun Depan

Akan tetapi, karena saat ini hasil panen kurang memuaskan maka ia memutuskan untuk menjual tembakau pada tengkulak lokal. Menurutnya, untuk luas sawah yang mencapai satu hektar, ia biasa menghasilkan sekitar 8 ton tembakau. 

“Kendalanya ini masalah hujan, jadi banyak yang mati. kalau tanaman saya biasanya kalau normal bisa ampai 8 ton, tahun kemarin satu hektar laku rp25 juta,” sambungnya.  

Dengan demikian, Mokhtar Berharap untuk kedepannya, harga jual tembakau bisa teru stabil seperti saat ini. Sebab, menurutnya, harga pasaran tembakau beberapa tahun ini mengalami penurunan. 

Kendati harga jual yang rendah, namun para petani terpaksa tetap menjual hasil kejra kerasnya selama berbulan-bulan, karena tidak bisa disimpan terlalu lama. Akibatnya, para petani tembakau mengaku mengalami kerugian yang cukup signifikan, lantaran harga jual yang relatif murah di pasaran. 

“Semoga harganya bisa stabil seperti ini, paling tidak per kilo Rp3500, syukur-syukur sampai rp4000-5000, dulu pernah harganya segitu. Tapi beberapa tahun ini jeblok, ini petani rugi terus, karena tanaman tembakau tidak bia ditahan, mau tidak mau ya dijual,” jelasnya. [Sav/Ali]

 

Temukan konten Berita Tuban menarik lainnya di GOOGLE NEWS