Reporter : Muhammad Nurkholis
blokTuban.com - Seorang guru ngaji di Dusun Glogok, Desa Dawung RT 2 RW 3, Kecamatan Palang, Kabupaten Tuban berhasil menggeluti bisnis mengolah olahan laut menjadi berbagai jenis kerupuk.
Guru ngaji tersebut namanya Srikayatin (45). Jiwa wirausahanya muncul sejak 2015. Waktu itu ada pelatihan dari Dinas Koperasi Usaha Kecil dan Menengah dan Perdagangan Kabupaten Tuban. Diantara ibu-ibu yang hadir, Srikayatin salah satunya yang tertarik dengan kerupuk.
Dengan pengalaman membuat roti kering ditambah hobi memasak, Srikayatin merasa tidak kesulitan untuk membuat kerupuk dari hasil olahan laut, Rabu (21/9/2022).
“Awalnya saya membuat roti kering saat itu juga laku. Saya tertarik membuat kerupuk karena saya rasa kerupuk lebih potensial, karena kerupuk merupakan makanan sehari-hari masyarakat,” ujar owner D’KAYAteen kepada blokTuban.com.
Setelah menikuti pelatihan, ia meminta alat kepada Dinas Perdagangan dan diberi alat untuk memotong adonan kerupuk yang terbuat dari kayu. Setelah itu, setiap tiga bulan sekali, Pemkab juga memantau perkembangan usahanya.
Baca juga :
- Produk UMKM Binaan Pertamina Ludes Terjual di Tong Tong Fair 2022 Belanda
- Diboyong Pertamina ke Belanda, Ini Stratgi 455 UMKM Binaan Go Global Bersaing
- Semangati UMKM Binaan Pertamina di Tong Tong Fair Belanda, Ini Pesan Erick Thohir
Tak puas dengan bisa membuat kerupuk dari ikan laut, perempuan ramah ini lalu mencoba inovasi membuat kerupuk dari berbagai hasil laut seperti rajungan, dan cumi. Jenis kerupuk terbaru berbaghan dari daun kelor. Agar pelanggannya mudah mengenali kerupuknya, ia memberikan brand D’KAYAteen
Dalam perjalanannya yang ia lewati, ternyata tidak selalu mulus. Dalam satu dua tahun, market penjualan kerupuknya baru di lingkup desa saja. Caranya dengan dititipkan di warung klontong sekitar rumahnya. Setelah itu, baru ia dibimbing untuk mengikuti jual beli secara online.
“Saya diajari bagaimana cara menjual di Instagram dan WhatsApp bisnis. Hasilnya di awal pandemi usahanya meroket bahkan omset dalam satu bulan hampir Rp30 juta kotor,” tambahnya.
Menurutnya hal ini dilatarbelakangi karena pada awal pandemi orang-orang cenderung membeli sesuatu lewat online. Bahkan dari jualan online tersebut ia berhasil menjual kerupuk bahkan sampai ke luar pulau Jawa.
Pandemi yang tak kunjung selesai membuatnya juga mengalami sedikit penurunan penjualan. Di pertengahan pandemi melihat ekonomi masyarakat yang juga melemah dagangannya juga ikut melemah dan saat itu ia dikasih arahan dari dinas dan dibantu memasarkan di toko-toko yang ada di Kabupaten Tuban.
"Alhamdulillah sekarang punya empat karyawan dengan pola seminggu bekerja tiga kali untuk produksi," katanya.
Untuk harga kerupuk mentah, Srikayatin membandrol 250 gram sebesar Rp10.000 dan untuk rengginang dengan berat 250 gram dihargai Rp12.000. Sedangkan kerupuk yang sudah matang dihargai Rp13.000 dengan berat 150 gram.
Dikatakan Srikayatin, produk yang menjadi primadona atau sering dicari orang menurutnya yaitu kerupuk cumi dan rajungan. Untuk kerupuk kelor masih pembeli dari luar Tuban karena menurutnya jika di Tuban masyarakat sudah biasa dengan kelor.
Omset yang dikantongi Srikayatin sekarang kurang lebih Rp10 juta dan ini masih kotor belum dipotong biaya operasional. Menurutnya kemungkinan omset bersihnya berkisar Rp2 juta per bulan
"Bagi para pengusaha muda atau yang baru mau merintis usaha, saya berpesan agar yang pertama dikuatkan niat dan keinginannya dan yang terpenting dalam usaha jangan takut gagal dan terus mencoba untuk memperbaikinya," tandanya. [Nur/Ali]
Temukan konten Berita Tuban menarik lainnya di GOOGLE NEWS