Menata (Serius) Kompetisi Olahraga ?

(mengamati penyelenggaraan event kejuaraan olahraga di Tuban)

Oleh : Zein At Tubany El Jawy

blokTuban.com - Ada celetukan yang sering muncul di antara teman-teman pelatih olahraga begini, latihan terus menerus tanpa bertanding itu sama artinya dengan merasa hebat tapi tidak teruji dan terbukti. Latihan terus tanpa ada kompetisi atau kejuaraan itu bagaikan hidup tanpa merasakan perjuangan. 

Merasa besar hanya untuk dirinya sendiri. Celetukan wajar karena mereka sudah lelah berlatih tetapi tidak ada ajang pembuktian atas hasil latihan yang mereka lakukan. Biasanya atlet merasa tangannya gatal apabila sudah waktunya turun gelanggang untuk bertanding tapi tidak ada event yang diikuti.

Ajang kompetisi atau event kejuaraan mempunyai peran penting sebagai bagian integral dari rangkaian peristiwa olahraga. Kompetisi akan menjadi wahana tolok ukur keberhasilan pembinaan cabang olahraga. 

Kompetisi yang terkonstruksi baik akan melahirkan banyak manfaat bagi olahraga itu sendiri, juga berpengaruh terhadap sektor-sektor yang lain. Ibarat kompetisi itu makanan, maka selain fungsi pokoknya sebagai sumber energi, tapi keberadaannya juga memunculkan hal-hal atau peristiwa lain yang terkait dengan makanan seperti kuliner, ekonomi, ketahanan pangan, pariwisata, budaya dan sebagainya. 

Dari sebuah kompetisi akan menghasilkan juara (goal setting), dan bagi yang kalah akan melakukan evaluasi dan perbaikan pada bagian yang perlu diperbaiki dan ditingkatkan demi memperoleh juara. Karena kompetisi adalah hilir, sedangkan pembinaan yang menjadi hulunya.

Kompetisi atau kejuaraan akan memantik peran masyarakat, karena kompetisi akan menghadirkan banyak orang menyaksikan bahkan mengundang sponsorship terlibat sebagai salah satu pilar pendukung. 

Seiring dengan itu multiplayer effect akan didapatkan, seperti semakin berfungsinya manajemen event olahraga, keterlibatan stakeholder terkait, sampai dengan bergeraknya roda perekonomian masyarakat merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan.

Walaupun banyak hal muncul dari kegiatan kompetisi, tetapi jangan dilupakan bahwa fungsi utamanya adalah untuk mengukur sampai sejauh mana tingkat keberhasilan pembinaan. Artinya sesukses atau segegap gempitanya event kejuaraan olahraga (biasanya masyarakat menilai sukses kalau event tersebut meriah) tidak boleh meninggalkan tujuan pokoknya, yaitu mengukur hasil dari proses pembinaan. Agar hasilnya tidak melenceng atau bahkan tercerabut dari tugas asalnya.

 

Lalu bagaimana menyelenggarakan kompetisi atau kejuaraan olahraga secara baik dan benar ? 

Sebenarnya jika memperhatikan Bab VIII Pasal 48 Undang-Undang Nomor 11 tahun 2022 tentang Keolahragaan yang mengamanatkan agar kejuaraan olahraga dilakukan dengan prinsip efisiensi, keunggulan, terukur, akuntabel, sistematis dan berkelanjutan, tidak mungkin ada celah penyelenggaraan kompetisi olahraga yang buruk. 

Maka fardlu 'ain (wajib yang utama) hukumnya bagi pemerintah daerah selaku penanggungjawab pelaksanaan penyelenggaraan (Pasal 49 ayat 1) untuk meletakkan prinsip-prinsip tersebut pada setiap penyelenggaraan kompetisi atau kejuaraan olahraga. Menjadi tugas pemerintah daerah untuk serius dan bersungguh-sungguh merancang Kompetisi olahraga secara terstruktur dan terencana dengan mempertimbangan semua aspek, kondisi serta potensi yang dimiliki. 

Rancangan kompetisi disusun mengacu analisis kebutuhan dan pemetaan target capaian prestasi. Sehingga arah kompetisi mencapai sasaran, serta tidak akan terjadi tumpang tindih kebijakan. Semua pihak paham tanggungjawabnya dan akan menjalankan tugas pokok dan fungsinya secara optimal.

Kemunculan sebuah kompetisi yang mendadak (sebelumnya tidak ada) menunjukkan betapa semrawutnya skenario pengelolaan kompetisi. Karena kompetisi tidak hanya berbicara tentang pelaksanaan, tetapi juga bagaimana kualitas output/juara yang dihasilkan.

Banyak hal yang harus dipersiapkan, baik sistem pengorganisasian, ketersediaan SDM, pendanaan, kelengkapan sarana dan prasarana, dsb) Kita tidak bisa berharap banyak terhadap mutu kompetisi yang serampangan. 

Karena untuk menghasilkan kualitas kompetisi yang maksimal diperlukan peserta yang benar-benar terampil/bermutu. Peserta yang benar-benar siap lahir dan bathin. Dan tidak ada peserta terampil apabila persiapannya mepet, disebabkan terganggunya optimalisasi program latihan karena terbatasnya waktu yang tersedia. 

Apabila semuanya sudah melalui mekanisme perancangan yang matang, maka semestinya sudah tidak ada lagi kompetisi coba-coba, kompetisi asal-asalan atau kompetisi yang mendadak muncul di tengah jalan tanpa melalui perancangan yang sistematis. 

Bahkan semestinya dikurangi kompetisi yang bersifat hiburan dan mulai diperbanyak kompetisi sesuai kebutuhan (misal : sesuai kelompok usia/jenjang sekolah) dan jumlah cabang olahraga yang dipertandingkan. Harus disadari bahwa pelaksanaan kompetisi merupakan potret akhir yang komprehensif atas hasil pembinaan atlet terbaik daerah.

Pemerintah Daerah selaku pemegang otoritas tidak boleh mengabaikan prinsip-prinsip kompetisi tersebut karena mengabaikannya akan berdampak terhadap keberlangsungan kualitas prestasi olahraga. Mengabaikannya akan kontra produktif dengan program pembinaan. 

Memperbanyak jumlah kompetisi sah-sah saja dilakukan sebagai upaya memperbanyak jam terbang pengalaman atlet, akan tetapi tanpa diselaraskan dengan kebutuhan atlet seperti waktu pelaksanaan, sasaran, tujuan, sumber dana, keberlanjutan kompetisi, dan sebagainya maka hanya akan menyebabkan ketidak-efisienan dan jauh dari arah tujuan. 

Jerih payah, pengorbanan tenaga, waktu dan pendanaan menjadi sia-sia karena hanya melahirkan prestasi semu belaka. Lebih jauh lagi (secara nasional) hal demikian dampaknya akan bisa merusak pakem piramida sistem pembinaan olahraga.

Tidak ada ketersambungan apa yang dilakukan daerah dengan Desain Olahraga Nasional yang telah dicanangkan pemerintah. Tidak ada kontribusi pada sistem keolahragaan nasional. Padahal apa yang didapat pada tingkat nasional pada hakikatnya merupakan sumbangsih dari daerah.

Kompetisi dapat dilaksanakan secara single-event (Kejurkab/Kejurkot, Kejurda/Kejurprov, Kejurnas), atau multi-event (Porkab/Porkot, Porpriv. PON) sesuai schedule kalender event tahunan. Kalender event yang menjadi pedoman insan praktisi olahraga dalam berkegiatan. Selanjutnya kompetisi juga harus berdasarkan prinsip sistematis dan berkelanjutan. 

Jadi kompetisi harus menyesuaikan kebutuhan serta mengukur sampai di mana peak performance pembinaan atlet, dan berfikir akan keberlanjutan pada jenjang kompetisi lebih tinggi yang akan diikuti. Ada perencanaan yang memperlihatkan kesesuaian waktu latihan dengan kompetisi yang akan diikuti. Jangan sampai latihan belum mencapai puncaknya sudah mengikuti kompetisi. 

Demikian juga jangan terjadi keterputusan jenjang kompetisi, sehingga setelah kompetisi selesai tidak ada tindaklanjutnya. Setelah kompetisi selesai maka merasa seolah-olah sudah "selesai" tugasnya.

Oleh karenanya pada setiap perhelatan kompetisi tingkat daerah, Pemerintah Daerah selaku penanggungjawab harus serius menjalankan regulasi yang berlaku dengan duduk bersama berbagi peran dengan Induk Organisasi Cabang Olahraga (Komite Olahraga) yang ada di daerah. Penyelenggaraan kompetisi olahraga menjadi tanggungjawab pemerintah daerah, sedangkan pelaksananya adalah Induk Organisasi Olahraga. 

Harus ada sinergitas dan kolaborasi yang mantap antara Pemerintah Daerah dan Induk Organisasi Olahraga. Tidak mungkin bekerja sendirian membesarkan panji-panji olahraga tanpa bantuan pihak-pihak lain karena olahraga adalah rumah besar yang mempersatukan kita. 

Sudah ada pembagian wilayah yang sangat jelas sebagaimana tertuang pada Peraturan Pemerintah Nomor 17 tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Pekan dan Kejuaraan Olahraga pada Bagian Keempat pasal 16 bahwa pelaksanaan penyelenggaraan Pekan Olahraga Provinsi dan Pekan Olahraga Kabupaten/Kota ditugaskan kepada Komite Olahraga Provinsi atau Komite Olahraga Kabupaten/Kota. Naif sekali apabila dalam menjalankan roda kompetisi olahraga harus menabrak ketentuan yang jelas-jelas menjadi payung hukumnya.

Pertanyaannya, terus bagaimana jika tidak ada upaya serius merancang kompetisi dan keinginan menjalankan regulasi ? Biar nanti waktu yang menjawabnya dan ketika itu terjadi semuanya telah menjadi lebih sulit. (*)

*Penulis merupakan pegiat dan penyayang olahraga dan tinggal di _zeinattubany@gmail.com

 

Temukan tulisan Zein At Tubany El Jawy menarik lainnya di GOOGLE NEWS