Mengenal Potensi Daerah dalam Perspektif Pemberdayaan Masyarakat

Oleh : Suhendra Mulia, M.Si.

blokTuban.com - Di dalam suatu negara, provinsi, kotamadya atau kabupaten, kecamatan, dan desa atau kelurahan merupakan daerah yang memiliki wilayah. Wilayah adalah suatu teritorial yang memiliki cakupan atau luasan suatu daerah dengan dikelilingi oleh garis perbatasan dengan daerah lainnya. 

Dan wilayah menurut UU No.26 tahun 2007 adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan/atau aspek fungsional.

Kabupaten Bojonegoro merupakan salah satu kabupaten yang terdapat di propinsi Jawa Timur dengan jarak ± 110 KM dari ibu kota provinsi, dan memiliki luas wilayah mencapai 230.706 hektar (bojonegorokab.go.id, 2022). 

Kabupaten Bojonegoro  terdiri dari 28 kecamatan meliputi 11 kelurahan dan 419 desa dengan jumlah penduduk di tahun 2018 mencapai 1.311.042 juta jiwa. Secara administratif memiliki batas wilayah sebelah utara Kabupaten Tuban, sebelah selatan Kabupaten Madiun, Nganjuk dan Jombang, sebelah timur Kabupaten Lamongan, sebelah barat Kabupaten Ngawi dan Kabupaten Blora (Provinsi Jawa Tengah).  

Untuk potensi dari Kabupaten Bojonegoro diantaranya  hutan, minyak dan gas bumi, serta komoditas pertanian. Dan pendapatan terbesar terletak pada subsektor migas (minyak bumi dan gas alam). Serta kondisi wilayahnya mempunyai struktur tanah gerak, mempunyai sejarah kemiskinan yang panjang, dan ada kondisi daerahnya yang rawan banjir dan kekeringan.

Di Kabupaten Bojonegoro tata guna lahan terdiri dari 2 (dua) kawasan yaitu Kawasan Lindung meliputi Hutan Lindung seluas 1.456,47 ha, Sempadan Sungai seluas 1.242,04 ha, Danau dan Waduk seluas 967,27 ha.

Sedangkan Kawasan Budidaya meliputi Hutan Produksi seluas 94.479,34 ha, Perkebunan seluas 1.522,66 ha, Tanah Sawah seluas 76.848,17 ha, Permukiman seluas 23.970,35 ha, Ladang seluas 23.439,73 ha dan lain-lain seluas 6.779,97 ha. Dari data terkait luas tanah sawah tersebut hanya 148,901 ha yang ditanamkan padi. 

Kalau meilihat data tersebut bahwa pemimpin negara, daerah, ataupun warga negara dapat merujuk data dalam mengambil keputusan untuk pengembangan di daerah. Sebagaimana data di kabupaten Bojonegoro pengembangan pertanian memang belum secara optimal. 

Hal ini bagi pemangku kebijakan atau warga negara bisa melihat dari kekurangan yang ada selama ini. Dan juga bisa memaksimalkan kelebihan yang ada. Seorang warga negara yang peduli mungkin dapat mengembangkan atau memberikan solusi dari kekurangan yang ada. 

Warga di Kabupaten Bojonegoro yang kehidupannya sebagai petani, tidak semua petani melek informasi ataupun pengetahuan yang khususnya untuk pengembangan pertaniannya. Dimana para petani masih membutuhkan perhatian dan pendampingan dalam mengembangkan pertaniannya. Indonesia memiliki lembaga-lembaga baik pemerintah ataupun non pemerintah yang dapat memberikan pengetahuan bagi para petani di Bojonegoro. 

Hasil panen padi dari lahan 148,901 hektar itu cukup besar, dengan potensi jerami yang besar ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan pakan. Pengetahuan ini bisa didiseminasikan/disebarluaskan ke warga terkait manfaat dari jerami tersebut. 

Jerami padi adalah suatu limbah pertanian padi yang sangat mudah didapat bahkan ketika musim panen jumlah jerami padi akan melimpah. Melimpahnya jumlah jerami dan keterbatasan jumlah pakan yang diberikan pada ternak ruminansia pada musim kemarau membuat beberapa pihak memanfaatkan jerami sebagai pakan ternak. 

Selanjutnya pemerintah atau pemerhati pertanian bisa memberikan pengetahuan dengan melakukan pemberdayaan kepada masyarakat dengan memberikan pelatihan ataupun contoh dalam pembuatan pakan ternak. 

Hendra Herdian peneliti Pusat Penelitian Peternakan BRIN (Juli, 2022) memberikan pengayaan pada masyarakat Kabupaten Bojonegoro tentang pembuatan jerami padi amoniasi dengan metode simple open clip (SIMPOC) untuk pakan ternak. 

Amoniasi merupakan proses pembuatan pakan ternak dengan memberikan/mencampurkan zat/sumber amonia (urea, ammonia kering/cairan) kepada bahan pakan ternak ruminansia terutama untuk bahan pakan kaya serat. 

Metode amoniasi ini memiliki keuntungan dapat meningkatkan kecernaan bahan pakan kaya serat, memberi suplai bahan Non Protein Nitorgen (NPN), dan mengawetkan pakan. 

Metode SIMPOC (Simple Open Clip) merupakan teknik pengemasan bahan pakan sumber serat terutama jerami yang cukup sederhana dengan menggunakan lembaran plastik dan penjepit kertas. 

Keuntungan dari metode ini adalah: pengemasan jerami dapat dilakukan dengan mudah, tidak memerlukan tenaga kerja yang banyak, meningkatkan bulkiness, dapat dikombinasikan dengan prosesing pakan lainnya, dan mempermudah pendistribusian. 

Plastik yang digunakan pada metode ini juga dapat menggunakan plastik bekas seperti plastik spanduk. Metode ini bisa digunakan untuk pengemasan jerami selain untuk teknik amoniasi. 

Di acara tersebut dihadiri oleh 100 orang peserta. Tetapi sangat disayangkan peserta yang hadir tidak semuanya petani, melainkan sebagian guru dan tokoh masyarakat (profesinya bukan petani), serta tidak dihadiri pejabat dari daerah. Kegiatan ini sepertinya masih kurang komunikasinya dengan pejabat daerah/masyarakat Bojonegoro. 

Karena pemberdayaan masyarakat ini terkesan masih belum tepat sasaran. Hal ini diungkapkan oleh salah seorang peserta Jupri yang mengatakan acara/kegiatan hari ini bagus tapi kurang efektif karena terlalu singkat baik penjelasan teori maupun prakteknya. 

Dan alangkah lebih efektif lagi teori tentang silase di praktekan secara langsung cara nyacahnya, cara memasukan ke drum dan lain-lainya. Untuk lebih bermanfaat dan berkesinambungan kegiatan ini dapat diberikan bantuan ke masyarakat berupa alat pencacah dan drum yang kedap udara. Sedangkan terkait peserta yang hadir mayoritas baru mengetahui apa itu fermentasi dan apa itu silase. 

Untuk itu perlu dibangun suatu komunikasi yang baik antara pemerintah daerah dengan lembaga-lembaga lainnya atau sebaliknya, dengan mengikutsertakan masyarakat dalam mencari solusi dan meningkatkan kesejahteraan petani. 

Dimana  perlu ada pemetaan dari pusat atau daerah terkait profesi/keahlian masyarakat daerah Bojonegoro kedepannya, yang nantinya jika ada pemberdayaan masyarakat akan menjadi tepat sasarannya.[*]