Reporter: Savira Wahda Sofyana
blokTuban.com – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tuban, melalui Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) menyebut, jika saat ini lahan persawahan milik masyarakat Kabupaten Tuban memiliki unsur organik yang rendah karena terlalu sering diberikan bahan kimia.
Oleh karena itu, Pemkab Tuban meminta agar masyarakat mulai menerapkan penggunaan bahan organik dalam sistem penanamannya. Sebab, bahan organik berperan penting terhadap kemampuan tanah untuk mendukung pertumbuhan serta hasil tanaman.
Baca juga: Pupuk Subsidi ZA, SP-36 dan Organik Granula Dicabut Bulan Depan? Ini Kata Pemkab Tuban
“Arahan dari mas bupati minta kalau dikembalikan lagi ke alam karena sekarang kesuburan tanah itu bahan organiknya sudah rendah sekali, karena terus menerus berulang-ulang kan kimia,” ujar Kepala Unit Pelaksana Teknis (DPKP) Tuban. kepada blokTuban.com, Rabu (15/6/2022).
Akibatnya, saat ini lahan persawahan kurang optimal dalam menahan ataupun menyimpan air karena hembus nya tidak ada, karena pemakaian bahan kimia yang dilakukan secara berulang, sehingga tanahnya menjadi rusak.
Dapatkan Berita Tuban menarik lainnya DI SINI
Maka dari itu, pemerintah menyarankan agar petani tidak ketergantungan terhadap pupuk berbahan kimia, dan memanfaatkan limbah-limbah dari alam. Pasalnya, selain menyuburkan tanah peran bahan organik sendiri dapat memperbaiki struktur tanah, meningkatkan kemampuan tanah memegang air, memperbaiki media perkembangan mikroba tanah, hingga meningkatkan pori-pori tanah.
“Itu sebenarnya kita dari 5 tahun yang lalu, itu sudah ada untuk program pembuatan pupuk organik. Jadi kita rutin pelatihan tiap tahun itu ada, memang sebelum ada kimia kita diorganik. Sudah tahu semua petani, jadi petani yang sudah punya sapi itu kan peternak dibakar, ditaruh dan dimasukkan intinya mereka sudah faham itu,” bebernya.
Baca jugua: Ladang pertanian di Pesisir Tuban Mendadak Jadi Danau, BMKG Turun ke Lokasi
Menurut Ulfah, enggannya petani di Kabupaten Tuban dalam menggunakan pupuk organik saat ini, dipicu lantaran perbedaan jumlah panen yang cukup signifikan, sehingga petani belum sanggup jika diminta untuk menggunakan sistem organik secara keseluruhan.
Bahkan, ia mengatakan jika perbedaan hasil panen mencapai dua kali lipat. Ulfah mencontohkan, jika biasanya petani bisa mendapatkan 7 hingga 8 ton saat dalam sekali panen dengan menggunakan bahan kimia. Maka saat menggunakan bahan organik petani hanya mampu hasil jerih payahnya maksimal 3.5 hingga 4 ton saja.
Baca juga: Beli Pertalite Pakai Motor Tangki Modifikasi, Penjual BBM Eceran di Tuban: Hasilnya Tak Sebanding
“Sekarang ini tuntutannya luar biasa, kalau organik itu kan tidak ngangkat. Karena organik itu maksimal dalam satu hektar dia maksimal hanya 3.5 sampai 4 ton, tapi kalau disupport dengan kimia itu bisa 7 sampai 8 ton, dua kali lipatnya. Makanya tetap menggunakan organik dan non organik,” jelasnya. [Sav/Dwi]