Penulis : Alia Rahmi Nasution
blokTuban.com - Hujan yang terjadi hampir di seluruh wilayah Tuban, Bojenegoro dan Lamongan sejak Jumat (20/5/2022) merupakan fenomena gangguan cuaca yang dapat terjadi kapan saja baik pada musim kemarau maupun musim hujan. Gangguan cuaca apa saja yang muncul sehingga membuat masyarakat bertanya-tanya mengapa di musim kemarau hujan turun dengan intesintas lebat serta berulang dalam jangkauan hari ?
Dilihat dari radar cuaca, pertumbuhan awan penyebab hujan ekstrem dimulai di daratan kabupaten tuban sejak pukul 09.30 WIB di bagian barat Tuban, selanjutnya awan ini meluas dan bergerak menjauhi Tuban pukul 12.30 WIB. Di saat yang sama, awan dengan nilai reflektifitas maksimal 45 dBz bergerak dari arah Lamongan menuju wilayah Kec.Palang, awan ini terus tumbuh dan tersebar semakin luas di Tuban bagian tengah hingga selatan.
Awan juga tumbuh di pantai utara dan meyebar menuju wilayah Jenu dan Tambakboyo pada pukul 14.20 WIB. Pada waktu inilah awan yang telah tumbuh di daratan bergabung dengan awan yang terbentuk di lautan membentuk sel awan yang lebih besar dan meluas di seluruh wilayah Tuban.
Akibat pertumbuhan awan yang sangat signifikan ini, hujan yang turun di Kabupaten Tuban bertahan setidaknya hingga pagi keesokan harinya. Curah hujan yang direkam oleh Stasiun Meteorologi Tuban tepatnya di Kecamatan Jenu adalah setinggi 67 milimeter selama 24 jam.
Bukan tanpa alasan mengapa awan tumbuh sangat signifikan di kala musim kemarau, ternyata beberapa gejala atmosfer skala global maupun regional menjadi penyebab pertumbuhan awan ini. Berdasarkan hasil analisis Forecaster BMKG Tuban, peningkatan suhu muka laut di perairan Selatan Jawa dan adanya sirkulasi siklonik di Kalimantan menjadi penyebab hujan jika ditinjau dari skala regional. Sementara itu, berdasarkan skala global adanya pengaruh La Nina yang bersifat lemah serta aktifnya gelombang Rossby.
Anomali suhu muka laut sekitar +1 s/d +3 °C di Perairan Utara dan Selatan Jawa, artinya adanya peningkatan suhu sekitar nilai tersebut. Peningkatan ini mengakibatkan penguapan juga meningkat, sehingga awan tumbuh lebih banyak dari biasanya.
Sirkulasi siklonik di Kalimantan mengakibatkan wilayah perlambatan kecepatan angin (konfluen) di sepanjang pantai utara Jawa. Perlambatan angin mengakibatkan terjadinya penumpukan massa udara di wilayah tersebut yang menjadi lingkungan yang sangat efektif untuk pertumbuhan awan.
Ibarat lalu lintas, sirkulasi siklonik merupakan persimpangan Bundaran Patung Letda Soetjipto dan massa udara merupakan kendaran yang akan melintas. Akibat adanya bundaran tersebut, kendaraan harus memperlambat kecepatannya. Perlambatan kecepatan kendaraan ini akan mengakibatkan traffic atau kemacetan terhadap kendaraan yang mengantre di belakang.
Kemacetan inilah yang disebut penumpukan massa udara. Semakin banyak massa udara yang tertumpuk, maka semakin banyak pertumbuhan awan. Kedua faktor ini yang menjadi penyebab pertumbuhan awan yang signifikan di Perairan Utara Tuban-Lamongan yang kemudian bergerak menuju daratan.
Selanjutnya, berdasarkan faktor cuaca skala global yaitu La Nina mengambil peran sebagai pemasok uap air dari Samudra Pasifik bagian timur menuju wilayah Indonesia. Indeks Nino 3.4 yaitu indeks yang menunjukkan kekuatan La Nina pada minggu ini berada pada nilai -0.78 °C (La Nina Lemah).
Arti dari indeks ini adalah suhu muka laut di Pasifik Barat (Indonesia) lebih tinggi 0.78 °C dari pada normalnya. Suhu yang lebih tinggi ini menggeser pusat konveksi atau pusat pertumbuhan awan dari wilayah Pasifik Timur ke Pasifik Barat. Walaupun intensitasnya lemah namun tetap memberikan efek terhadap pertumbuhan awan di Indonesia khususnya Jawa Timur.
Sementara itu, aktifnya gelombang Rossby menyebabkan suplai massa uap air yang semakin banyak di atmosfer sekitar Jawa Timur. Secara sederhana, gelombang Rossby berperan dalam perpindahan panas dari wilayah tropis ke wilayah kutub maupun udara dingin kutub ke wilayah tropis demi menjaga keseimbangan panas di bumi, perpindahan inilah yang menyebabkan munculnya wilayah bertekanan tinggi dan rendah.
Wilayah bertekanan rendah cenderung mengakibatkan cuaca buruk. Berdasarkan peta monitoring gelombang atmosfer, gelombang Rossby aktif berada di sekitar Pulau Jawa pada tanggal 14 – 20 Mei 2022. Aktifnya gelombang ini telah membawa tekanan rendah serta akibatnya yaitu cuaca buruk ke wilayah Jawa Timur. Peta isobar menunjukkan wilayah Jawa Timur berada pada posisi tekanan rendah dengan nilai 1012 mb.
Gangguan cuaca tersebut telah menjadi penyebab munculnya hujan lebat beberapa hari ini. Walaupun telah memasuki musim kemarau, tidak menutup kemungkinan terjadinya hujan dengan intensitas lebat, namun yang harus diingat adalah hujan yang terjadi pada musim kemarau akibat adanya gangguan atmosfer hanya terjadi secara periodik. Artinya periodenya tidak lama atau hanya berlangsung beberapa hari saja. Perubahan cuaca dari kondisi normal akibat adanya gangguan disebut dengan anomali cuaca.
Dianalisis oleh Tim Forecaster BMKG Tuban