Sepenggal Kisah Sumur Gemuling dan Lingga Yoni di Masjid Al-Falah Tuban

Reporter : Muhammad Nurkholis

blokTuban.com – Banyak dari kita yang tidak tahu kalau di Masjid Al-Falah Tuban terdapat sebuah situs sejarah. Situs tersebut ialah Sumur Gemuling dan Lingga Yoni yang menyerupai lumpang.

Sepenggal kisah dari Sumur gemuling berawal dari tahun 1328-1330 era Kerajaan Majapahit yang sedang bergejolak. Saat itu, para wali ingin mengadakan sebuah pertemuan untuk membahas tentang permasalahan yang dihadapi Kerajaan Majapahit itu. 

Disepakatilah titik pertemuan para wali dan sunan di seluruh penjuru di area Gembul Desa Jadi, Kecamatan Semanding, Kabupaten Tuban, atau sekitar 5 Kilometer ke selatan dari Kecamatan Tuban.

Saat itu, Syeh Maulana Maghribi bersama para pengawalnya hendak melakukan sholat dhuhur karena telah menunjukkan waktu salat. Kendati demikian, mereka kebingungan mencari air untuk digunakan berwudlu. Usai melihat-lihat sang kanjeng Maulana menemukan sumur dan berbondong-bondonglah semua ke sumber air tersebut.

Setelah di cek ternyata air yang berada di sumur sanggatlah dalam dan pengikut Syekh Maulana Maghrii melaporkan jika airnya sulit untuk diambil. Salah satu pengikut berkata andai saja itu tong bisa diguling.

Mendengar keinginan santrinya itu, Syekh Maulana kemudian berkata "kalau begitu guling saja sumurnya”. Pengikutnya pun tersontak dan masih kebingungan bagaimana cara menggulingkan sumur. Syeh Maulana kemudian menimpali lagi dan  meyakinkan santrinya bahwa tidak ada yang mustahil bagi Allah.

"Dengan Karomah yang dimiliki Syekh Maualana pun mengajak para pengikatnya agar berdoa kepada Allah SWT," ujar Taufiq Riva, Pembina Yayasan Al-Falah Tuban kepada blokTuban.com, Minggu (15/5/2022). 

Doa Syekh Maulana Maghribi dan para santrinya emudian dikabulkan Allah SWT, dan air pun tumpah meskipun keruh karena tercampur dengan tanah. Kendati demikian, air tersebut masih bisa digunakan untuk bersuci. 

Taufiq, menambahkan sebelum adanya sumur bor Masjid Al-Falah Tuban selalu mengandalkan air Sumur Gemuling itu. Perkembangan zaman membuat sumur tersebut, kini dirawat dan menjadi situ sejarah. Beberapa jamaah dan warga meyakini bahwa air Sumur Gemuling memiliki keberkahan tersendiri.

"Dulu pasokan air di Masjid Al-Falah dari Sumur Gemuling, namun dikarenakan air bor lebih bening maka beberapa tahun belakangan menggunakan sumur bor," imbuhnya. 

Disinggung tahun pembuatan sumur, Taufiq tidak mengetahui tetapi dengan adanya Linggo Yoni di yakini bahwa sumur tersebut berusia sudah sangat tua bahkan sebelum zaman wali. 

Taufiq juga menceritakan sepenggal kisah tentang Lingga Yoni. Terhitung sudah tiga kali, ia berusaha membuang batu tersebut akan tetapi anehnya kembali lagi dan seolah tidak mau dibuang. Alasan dibuangnya batu tersebut, karena sempat ada orang yang meminta-minta pada benda tersebut. 

"Karena ada renovasi masjid akhirnya Lingga Yoni dtaruh di kolam untuk hiasan dan di cor," tambahnya. 

Saat mengangkat batu tersebut, Taufiq menambagkan sangatlah berat bahkan membutuhkan beberapa orang. Seiring berjalannya waktu, masjid kemudian mengalami pembangunan lagi. Untuk menggeser Lingga Yoni setidaknya butuh lima orang, dan pada akhirnya Lingga Yoni disimpan di dekat Sumur Gemuling seperti semula.

Diketahui, nama Lingga melekat pada alu. Sedangkan Yoni merupakan nama dari lumpang, keduanya terbuat dari batu. Lingga merupakan gambaran dari laki-laki karena bentuknya yang mirip dengan alat kelamin pria dan bisa diartikan sebagai simbol kejantanan pria. Sedangkan Yoni, menggambarkan perempuan karena bentuknya mirip dengan alat kelamin perempuan dan diartikan juga sebaga simbol kesuburan perempuan. [Nur/Ali]