Reporter : Ali Imron
blokTuban.com - Dalam peringatan hari TB se-dunia, Yayasan Bhanu Yasa Sejahtera (YABHYSA) dan Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (Dinkes P2KB) Tuban melaksanakan penandatanganan komitmen penanggulangan TBC di ruang rapat Setda Lantai 3 Tuban, Kamis (7/4/2022).
Rembuk Pemangku kepentingan berupa penandatanganan komitmen stakeholder lintas sektoral terkait untuk menghilangkan TB di Kabupaten Tuban itu, sesuai tema TB tahun 2022 "Invest to end tb, saves lives".
Ketua YABHYSA Tuban, Khoirul Asyhari menuturkan, pihaknya akan terus memantau tindak lanjut MoU supaya tidak hanya sekedar seremonial semata. Ia mendorong setiap Organisasi Perangkat Daerah (OPD) lebih memaksimalkan perannya untuk menanggulangi TBC di Tuban.
"Selama ini Pemkab Tuban telah mendukung dalam pengobatan penderita TBC. Kami dari YABHYSA mendorong Pemkab lebih memasifkan perannya melalui seluruh OPD dan stakeholder yang ikut penandatanganan komitmen," ujar Khoirul kepada blokTuban.com.
Selama ini, Khoirul mengakui bahwa masyarakat masih abai dan mengesampingkan bahaya TBC. Oleh sebab itu, ia berpesan bagi masyarakat yang menderita batuk, sesak napas atau gejala lainnya dua minggu untuk segera memeriksakan dahaknya ke layanan kesehatan.
"Jangan ragu pemeriksaan dahak itu gratis, dan pengobatannya juga ditanggung oleh pemerintah," kata pria ramah itu.
Selama ini, kader YABHYSA aktif di lapangan mendampingi penderita TBC. Bekerjasama pula dengan badan amil zakat untuk memberikan tambahan nutrisi bagi penderita di Tuban.
Ia berharap setelah MoU tersebut, masing-masing OPD berperan sesuai porsinya ketika di lapangan. Sebab, penanggulangan TBC tidak bisa dibebankan ke Dinkes, atau YABHYSA tetapi juga lintas sektoral kerjasama banyak hal.
"Tantangan besar di lapangan adalah anggapan masyarakat soal batuk itu sudah biasa, bawaan hidup, dan penyakit keturunan. Padahal, TBC itu dapat diobati dan gratis," tegasnya.
Sedangkan Kepala Dinkes P2KB Tuban, Bambang Priyo Utomo mengintruksikan semua pihak untuk segera mengeliminasi kasus TBC di Tuban. Sejauh ini kasus TBC di Tuban tercatat 2.316 yang terduga, dan 3.348 orang dari target 12.000 telah terdeteksi.
"TBC menularnya tinggi karena lewat dorplet infeksi. Misalnya ada anggota keluarga kena, maka akan menulari satu keluarganya," sambung Kadinkes.
Mantan Kepala Puskesmas Tambakboyo mengatakan, bahwa bahayanya TBC karena meradang di paru-paru. Semakin tinggi resiko kematiannya, ketika penderita TBC juga terkena HIV. Kendati demikian, ketika hanya menderita TBC dan ditemukan terus diobati dipastikan dapat sembuh.
Gejala TBC yang paling ringan dan perlu diketahui oleh masyarakat, yaitu batuk empat hari disertai sesak napas, dan batuk darah.
"Sementara di Tuban baru ada 3 TCM di RSUD dr. R. Koesma, RS Ali Mansyur, dan Puskesmas Tambakboyo. Kalau Pemda mampu, Dinkes berencana mengadakan 4 alat lagi tapi kalau tidak mampu maka akan diusakan minta dukungan Kemenkes," bebernya.
Senada dengan YABHYSA, Dinkes sebagai koordinator penanggulangan TBC di Tuban menginginkan ada tindaklanjut serius dari MoU tersebut. Langkah sederhananya segera menemukan kasus di 20 kecamatan, kemudian mengobatinya sampai sembuh.
Diketahui, rakor lintas sektoral dalam rangka pengembangan rencana aksi penanggulangan TBC di Kabupaten Tuban dibuka oleh Sekda Tuban, Budi Wiyana. Dihadiri perwakilan Bappeda Tuban, Dinas Pendidikan, Dinas Kominfo, Dinas sosial, Ketua TP PKK, Direktur RSUD Dr.R Koesma, dan Direktur RS Ali Manshur.
Peserta lainnya Direktur RS Nahdlatul Ulama, Direktur RS Medika Mulia, Direktur RS Muhammadiyah, Direktur RS Graha Husada, Dinas kesehatan, puskesmas dan klinik se-Tuban, serta BPJS Kesehatan. [Ali]