Reporter : Dina Zahrotul Aisyi
blokTuban.com - Pantomim menjadi salah satu cabang seni yang sering dilombakan di acara peringatan-peringatan Hardiknas di Kabupaten Tuban ataupun Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N) tiap tahunnya.
Arifin, salah satu mimer Tuban mengungkapkan bahwasanya ketika hendak dilaksanakan lomba FLS2N biasanya ia akan diminta untuk melatih murid-murid yang akan berpartisipasi dalam lomba. Pelatihan pantomime yang dilakukan saat menjelang lomba saja menurutnya, menjadi salah satu hal yang masih menjadi kelemahan.
“Kadang itu kurang 10 hari baru nunjuk anak buat lomba, baru nyari guru buat latihan. Sedangkan kita harus melatih dari awal. Ya itu salah satu kekurangan kita juga karena belum bisa menyediakan tempat atau sanggar untuk latihan rutin,” jelasnya kepada reporter blokTuban.com, Senin (7/3/2022).
Pria asal Rembang itu melanjutkan, dengan adanya sanggar, sebenarnya sekolah-sekolah akan diuntungkan ketika menjelang lomba karena murid-muridnya sudah ada yang ikut sanggar.
“Kalau ada sanggar, pasti kan murid-muridnya sudah nggak perlu ngajari teknik dari awal saat akan ada lomba, tetapi sudah tinggal mematangkan saja dan latihannya bisa terus berlanjut,” ungkapnya.
Selain itu, dengan adanya sanggar, seniman bisa terus berkarya dan suatu kesenian bisa terus dilestarikan, karena sanggar sendiri merupakan sebuah wadah untuk hal tersebut. Arifin yang sudah lama berkecimpung di dunia pantomime, yakni selama kurang lebih tujuh tahun tersebut sudah sering melatih dan menjadi juri di perlombaan-perlombaan pantomim.
“Biasanya kalau mau ada lomba dan saya diminta untuk melatih, saya mintanya yang dari kelas-kelas kecil supaya tahun depan ketika ada lomba lagi sudah tinggal mematangkan saja. Kalau yang dari kelas 5-6 SD mau naik lanjut lomba ke provinsi susah, meskipun kalau diajari memang lebih mudah yang umur segitu,” terangnya.
Jika dibandingkan dengan kabupaten/kota lain, Tuban sampai saat ini memang belum memiliki sanggar khusus pantomim, sehingga ia sebenarnya memiliki harapan untuk dapat membuka sanggar di kemudian hari.
“Kalau yang terdekat dari Tuban, Bojonegoro itu sudah ada sanggar. Di Jogja sih terutama yang paling banyak. Memang daerah sana pemerintahnya juga dukung dengan menganggarkan dana untuk seni budayanya besar,” ungkapnya.
Ia melanjutkan, rata-rata seniman pantomimer di Jogja banyak yang memiliki sanggar sendiri karena daerah tersebut sudah dikenal sebagai kota seni yang mana masyarakat-masyarakatnya sudah banyak yang memahami tentang hal tersebut.
“Enaknya juga karena di sana seni sudah dihargai, kalau di daerah lain yang masyarakatnya belum paham ya memang bisa dipandang sebelah mata,” tutupnya. [Din/Ali]