Reporter: Dina Zahrotul Aisyi
blokTuban.com- Fira Fitri Fitria adalah perempuan asli Kabupaten Tuban yang menginisiasi berdirinya Organisasi Disabilitas Tuban (Orbit). Orbit mulai berdiri pada bulan September di tahun 2016 lalu, yang berarti sudah berdiri hampir enam tahun.
Sebelumnya, Fira juga bergabung di salah satu organisasi disabilitas yang berskala nasional pada tahun 2013. Dari pengalamannya berorganisasi itulah, Fira ingin juga membentuk sebuah organisasi disabilitas yang ada di Kabupaten Tuban.
Ia bercerita, awalnya sempat ragu karena masih merasa kurang mengenal bagaimana karakteristik teman-teman difabel yang ada di Tuban, namun tetap mempelajari semuanya untuk bisa membentuk Orbit.
“Meskipun saya asli Tuban, tetapi karena saya dulunya sering pindah-pindah, harus fisioterapi dan sebagainya itu akhirnya kurang paham karakteristik disabilitas Tuban itu bagaimana,” jelas Fira mengawali kisahnya kepada reporter blokTuban.com, Jumat (4/3/2022).
Ia melanjutkan, bahwasanya merasa benar-benar memulai dari nol untuk mempelajari apa saja kebutuhan disabilitas, ragam-ragam disabilitas dan karakter disabilitas di tahun 2013 itu. Walaupun menyandang disabilitas sejak lahir, ia mengatakan bahwa dari lingkungan di sekitarnya yang non-disabilitas dan lebih banyak bersosialisasi dengan mereka, akhirnya banyak mempengaruhi pola pikir, prespektif, dan tingkat kepercayaan dirinya.
“Dari kecil saya nggak pernah merasa minder karena selalu disupport oleh keluarga, sahabat-sahabat saya yang non disabilitas jadi hal tersebut yang mungkin membuat mental saya kuat,” terangnya.
Banyak lika-liku yang dilakukan Fira sampai akhirnya di Tahun 2016 Orbit berdiri. Tak berhenti sampai di sana, setelah orbit berdiri, perempuan kelahiran tahun 1987 tersebut bersama rekan-rekan yang lain juga terus berkomunikasi dengan pemangku kebijakan, stakeholder, dan berbagai lembaga untuk bisa mendukung keberadaan Orbit di Kabupaten Tuban.
“Paling nggak kami berharap dapat memberikan secuil manfaat bagi teman-teman disabilitas yang ada di Kabupaten Tuban,” ungkapnya.
Perempuan yang saat ini tengah menempuh tesis pendidikan S2 nya di Universitas Airlangga tersebut mengungkapkan bahwa sampai saat ini kapasitas SDM disabilitas Tuban masih rendah. Bahkan, banyak dari disabilitas Tuban yang tidak mengenyam pendidikan formal, atau minimal hanya sampai SMP.
“Sekarang hal tersebut masih menjadi PR besar bagi kami. Secara tidak langsung hal tersebut akan mempengaruhi mental mereka, tingkat kesejahteraan, serta bagaimana cara mereka bersosialisasi dengan masyarakat,” jelasnya.
Dukungan keluarga merupakan salah satu faktor support sistem yang kuat bagi penyandang disabilitas. Namun, Fira mengatakan bahwa tidak bisa dipungkiri, masih banyak keluarga yang merasa malu, sebagai aib yang harus ditutupi, atau sesuatu yang negatif, sehingga hal tersebut sangat mempengaruhi proses penerimaan diri seseorang yang menyandang disabilitas.
“Masih banyak yang memiliki pemikiran bahwa jika punya anak disabilitas dianggap sebagai beban. Akhirnya yang menjadi korban ya anaknya sendiri. Mereka jadi tidak pernah keluar rumah, tidak disekolahkan, bahkan tidak punya KTP dan sebagainya,” ungkapnya.
Selain faktor dukungan keluarga, kondisi geografis Tuban yang luas dan terdiri dari 20 kecamatan nampaknya juga mempengaruhi keterjangkauan dari teman-teman disabilitas untuk mengakses layanan, mengakses pendidikan ataupun bantuan.
“Karena letaknya yang jauh-jauh itu dan faktor latar belakang ekonomi keluarga itu yang berpengaruh, sehingga memang banyak dari hak-hak mereka yang belum terpenuhi. Meskipun dari pemerintah sudah berupaya meminimalisir kendala tersebut,” jelasnya.
Apabila berbicara terkait dengan disabilitas memang suatu hal yang kompleks, karena tidak hanya berkaitan dengan disabilitasnya sendiri, melainkan juga berkaitan dengan keluarga dan lingkungan sekitar.
“Jadi kalau kita ingin memecahkan masalah terkait disabilitas memang nggak bisa instan dan butuh proses yang panjang,” terangnya.
Kedepannya, Fira bersama Orbit berharap dapat memberdayakan teman-teman disabilitas yang ada di Kabupaten Tuban. Pada Bulan Maret mendatang banyak momen peringatan yang pas, seperti hari kursi roda internasional, hari down syndrome sedunia, dan hari perempuan internasional. Ia berpesan bahwa akses alat bantu adalah hal yang karena alat bantu adalah support system yang bisa membantu kelangsungan dan kemandirian hidup seorang disabilitas.
“Entah itu kursi roda, tongkat, alat bantu dengar, kruk, atau apapun yang dinamakan alat bantu adalah sesuatu yang berarti dan bermakna bagi mereka. Sehingga mari bersama-sama, baik masyarakat ataupun pemerintah daerah untuk berkolaborasi dengan sesuatu yang lebih baik lagi kedepannya,” pesannya. [Din/Ali]