Reporter: Savira Wahda Sofyana
blokTuban.com - Kamis siang (16/12/2021) suara gemuruh penjual ikan saling bersautan terdengar di telinga, menjajakan dagangannya.
Nampak seorang wanita duduk dengan tatapan kosong, sesekali menawarkan ikan-ikan yang ada di hadapannya dengan harapan pembeli datang menghampirinya.
Ialah Minah, salah satu penjual ikan di Tempat Pelalangan Ikan (TPI) Palang, Kabupaten Tuban, Jawa Timur, yang hampir setiap hari menjajakan dagangannya bersama pedagang lainnya.
Setiap hari ia harus banting tulang bekerja seorang diri karena sang suami berselingkuh dengan wanita lain.
“Saya ini sendiri nggak punya anak, suami saya selingkuh sama perempuan lain mau nikah lagi sudah trauma nggak mau,” ujarnya pilu kepada blokTuban.com.
Karena tidak memiliki anak, akhirnya Minah merawat anak-anak dari saudara sepupunya. Namun saat ini anak-anak yang dirawatnya sudah memiliki kehidupan sendiri sebab sudah menikah dan berkeluarga.
Dahulu sebelum ia memutuskan untuk berjualan ikan sejak dua tahun yang lalu, wanita berusia 51 tahun ini adalah seorang guru ngaji di daerah sekitar rumahnya. Berjalannya waktu banyak lembaga pendidikan yang saat ini mendirikan TPQ, sehingga ia memutuskan untuk tidak lagi mengajar.
Setiap kali selesai berjualan di hari-hari selain akhir pekan, Minah biasa pulang dengan membawa untung sebesar Rp30 ribu. Kendati demikian, jika untung yang diperolehnya tersebut belum termasuk untung bersih.
“Susah jualan ikan seperti ini sebenarnya, sudah susah kadang rugi juga ikan gini saya belinya Rp15 ribu cuma laku Rp2.500, udah busuk jadi nggak ada yang mau beli kecuali yang mau buat pakan lele,” ucapnya dengan menunjuk ikan yang dimaksud.
Jika ikan-ikan yang dijualnya tidak laku, biasanya Minah menyimpannya bersama es balok yang ia beli seharga Rp1.400 per balok. Di hari-hari biasa, ikan-ikan milik Minah hanya terjual sekitar 3 kg setiap hari.
Ketika hari Jumat, Sabtu dan Minggu wanita behijab tersebut mengatakan, jika ia bisa menjual sekitar 7 kg ikan dengan berbagai jenis. Seperti Ikan Kerapu, Togek, Kuningan, hingga Ikan Tengiri.
“Kalau di es biasanya juga cuma tahan sehari, tapi biasanya besok sudah habis karena jualannya cuma sedikit, kadang bawa satu keranjang tapi kalau hari-hari biasa paling belinya ke pedagang lain, soalnya kalau beli di dalam harus beli minimal satu keranjang,” katanya.
Selain berjualan ikan, biasanya Minah juga turut membantu memilah ikan-ikan yang baru turun dari kapal, sehingga memiliki uang tambahan untuk membantunya menyambung hidup sehari-hari. “Alhamdulillah cukup buat memenuhi kebutuhan sehari-hari,” tutupnya. [sav/rom]
Kisah Minah, Sambung Hidup dengan Jualan Ikan
5 Comments
1.230x view