Reporter: Ali Imron
blokTuban.com - Demo paguyuban pemuda enam desa di Kilang Minyak Grass Root Refinery (GRR) Tuban, Senin (24/1/2022) memanas hingga pukul 11.39 WIB.
Pegawai Pertamina bernama Solikin yang bertugas di kilang minyak sempat tak mau menemui massa, usai mediasi dengan perwakilan pemuda enam desa dan warga terdampak relokasi.
Cara komunikasi pegawai Pertamina seperti itu, menyulut emosi Kepala Desa Wadung, Sasmito kemudian diikuti Kades Beji, Rawasan, Sumurgeneng, Mentoso, dan Keliuntu Kecamatan Jenu.
"Kalau cara komunikasi pegawai Pertamina di Kilang Minyak buruk, saya akan laporkan ke Pak Ahok. Saya akan katakan kalau pegawai di Tuban tak becus untuk komunikasi dengan warga sekitar kilang," ujar Kades Sasmito di tengah massa aksi.
Beberapa kali didatangi Kades di tempat kerjanya, pegawai Pertamina itu masih tak mau keluar dan memilih acuh terhadap massa. Selain Kades Wadung, lobi juga dilakukan oleh Forkopimca Jenu mulai Camat, Kapolsek, dan Danramil.
Setelah dijamin keamanannya dari amuk massa, Solikin akhirnya mau menemui pemuda sebanyak 120 orang. Sasmito meminta pegawai Pertamina di kilang minyak untuk memperbaiki koordinasi dengan pemerintah desa dan masyarakat. Khususnya dalam rekrutmen security untuk diprioritaskan warga lokal di enam desa.
Pemdes ring 1 kilang minyak bersama Forkopimca Jenu telah berkomitmen menyukseskan Program Strategis Nasional (PSN) Kilang GRR PT. Pertamina Rosneft Pengolahan dan Petrokimia (PRPP). Begitupula para pemuda dan toko masyarakat lokal.
"Program kilang minyak jangan dirusak oleh komunikasi yang buruk. Selama ini Kades menjadi bemper kilang, karena terkesan diadu domba ketika ada lowongan pekerjaan," imbuhnya.
Ketika ada kebutuhan tenaga kerja yang bisa dikerjakan oleh warga lokal, para Kades menginginkan untuk dikomunikasikan dulu dengan Pemdes baru ke tahap sosialisasi dan seterusnya. Bila ada miskomunikasi soal tata cara tes, maka Kades menjadi sasaran dan dicurigai warga.
"Seperti tes security ada yang tanda tangan dan ada yang tidak. Bagi peserta yang tidak tanda tangan langsung mencurigai kalau pesanan kades," sambung Kades Beji, Arifin.
Kades Arifin mengakui selama ini tertekan karena banyaknya tuntutan dan terus berusaha mendamaikan warga. Misalnya di PBAS yang mempekerjakan kurang lebih 300 orang tapi diduga tidak dijamin BPJS Ketenagakerjaan.
Sebagai pemangku kepentingan desa, ia berpikir positif harapannya ada perbaikan kedepannya. Akan tetapi, hingga pekerjaan hampir selesai tidak ada iktikad baik untuk komunikasi dengan desa.
"Perwakilan Kilang GRR hari ini punya dua pilihan, menyampaikan ke pimpinan di Jakarta atau memutuskan di hadapan 120 pemuda dari enam desa," katanya.
Massa yang datang dan menunggu di depan gerbang GRR menunggu keputusan. Bila bertele-tele tidak menutup kemungkinan akan terjadi aksi unjuk rasa di kemudian hari.
Solikin perwakilan pegawai Kilang GRR Tuban, mengaku telah mencatat semua aspirasi dari pemuda enam desa. Sebagai pejabat baru di Tuban, ia harus komunikasi dulu dengan manajemen di Jakarta.
"Saat ini masih dikoordinasikan dengan pimpinan, sehingga belum bisa memberi keputusan," sambungnya.
Sebagaimana diketahui, aksi warga sekitar kilang minyak tercatat dua kali. Hari ini massa menagih janji Pertamina yang akan memprioritaskan tenaga kerja lokal bekerja di kilang minyak. [ali/col]