Reporter: Dina Zahrotul Aisyi
blokTuban.com- Penderita penyakit pada organ pencernaan, seperti maag dan penyakit asam lambung banyak dialami oleh masyarakat. Hal tersebut sebagian besar disebabkan oleh gaya hidup yang tidak sehat dan pola makan yang tidak teratur.
Sebelumnya, maag dan penyakit asam lambung kronis (GERD) dapat dibedakan berdasarkan gejalanya. Maag terjadi akibat peradangan yang berada pada lambung, sedangkan GERD adalah bocornya katup pada lambung yang menyebabkan cairan dalam lambung, termasuk asam lambung dan enzim-enzim percernaan naik ke arah mulut.
Untuk gejala yang paling mendasar, penderita maag tidak merasakan sensasi terbakar ataupun panas dari ulu hati yang naik ke arah mulut seperti yang dirasakan penderita GERD.
Dikutip dari suara merdeka.com, perkiraan penderita Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) atau penyakit asam lambung kronis di Indonesia mencapai 4 juta orang. dr. Santi dalam saluran radio Sonora.id mengungkapkan bahwa penyakit yang terjadi pada organ pencernaan lambung bukan hanya terjadi saat situasi asam lambung naik, melainkan kekurangan asam lambung juga menimbulkan penyakit yang dinamakan hipoklorida.
“Kalau asam lambung bocor dan naik menuju ke arah mulut lebih dari dua kali dalam seminggu disebut GERD, jika kekurangan asam lambung disebut hipoklorida. Jadi kadar asam lambung ini memang harus pas agar tidak menimbulkan penyakit,” jelasnya.
Dokter dari medical center kompas gramedia tersebut juga menjelaskan faktor risiko yang bisa menyebabkan penyakit maag, GERD, ataupun hipoklorida. Untuk penyakit hipoklorida, faktor risikonya terjadi pada usia di atas 65 tahun dan lebih rentan terjadi pada anak-anak yang terlahir prematur. Sedangkan, untuk GERD dan maag lebih banyak terjadi karena gaya hidup.
“Gaya hidup di sini termasuk pada pola makan yang buruk, jenis makanan yang dimakan. Untuk umur tidak terlalu dominan,” terangnya.
Ia juga mengungkapkan bahwa sering menemui kejadian sakit maag pada anak-anak kos karena mereka memiliki kecenderungan pola makan yang buruk.
“Ada juga anak kos cerita kalau males keluar beli makan malah minum obat maag yang dijual di pasaran itu, katanya kenyang habis minum itu. Jangan ya, obat maag yang tidak pada tempatnya bisa memicu gangguan lain,” tegasnya.
dr. Santi juga berpesan bahwa salah satu cara paling baik untuk penderita maag/GERD adalah jangan sampai penyakitnya kambuh. Meskipun kedua penyakit tersebut berbeda, pantangannya serupa, yakni hindari makanan yang terlalu pedas, terlalu asam, terlalu berminyak, hindari minuman yang mengandung alkohol, soda, ataupun kafein, jangan terburu-buru ketika makan dan harus dikunyah dengan baik, serta yang paling penting adalah makan tepat waktu.
“Jangan dirapel hanya karena ingin irit ya, pada orang-orang tertentu yang sensitif, pola makan tidak teratur bisa membuat gampang terkena GERD atau maag,” pesannya.
Selain itu, ia juga menjelaskan bahwa stress terkadang juga bisa memicu kambuhnya maag atau GERD karena di saat sedang stress produksi asam lambung bisa meningkat.
“Orang yang sedang stress dan banyak pikiran biasanya cenderung memiliki pola makan buruk, seringkali pula tidak makan malah minum kopi. Pola makan seperti itu akan memperparah gangguan yang sudah ada,” jelasnya.
GERD ataupun maag sebenarnya bisa disembuhkan apabila dari diri sendiri bisa mengendalikan penyebabnya. dr. Santi mengatakan jika selama ini menyukai faktor-faktor yang menyebabkan penyakit pada lambung, jika dikendalikan akan jarang kambuh atau bahkan bisa sembuh total.
“Misal orang suka pedes, suka makan mendekati waktu tidur, suka makan asam, atau suka ngopi yang berlebih. Caranya ya dikendalikan faktor risiko itu, kan kita sebetulnya sudah tahu penyebabnya,” ujarnya. [din/ono]