Dumbek, Jajanan Khas Tuban Jadi Andalan Usaha Warga Kesamben

 

Reporter : Savira Wahda Sofyana

blokTuban.com – Dumbek merupakan makanan yang banyak dijajakan di pasar tradisional. Bentuk dari kue Dumbek jajanan khas Tuban sangatlah unik, berbentuk lonjong seperti terompet dengan dibungkus menggunakan lilitan dari daun siwalan atau lontar. 

Di Kabupaten Tuban, ada banyak masyarakat yang memproduksi kue dengan rasa legit tersebut. Salah satunya di Desa Kesamben, Kecamatan Plumpang. 

Menurut catatan yang dihimpun blokTuban.com dari Kantor Desa Kesamben, ada sekitar 6 orang yang menjadikan Dumbek sebagai usaha andalannya. Salah satu pengusaha Dumbek yang ada di Desa Kesamben ialah Mohammad Sahenan. 

Pria yang akrab dipanggil H. Sahenan itu memulai usahanya sejak tahun 1985 dan bertahan hingga saat ini. 

“Bahan-bahan bakunya dari tepung beras, gula jawa, sama santan kelapa lalu dibungkus daun lontar. Yang paling penting lontarnya soalnya kalau nggak ada lontarnya nggak bisa buat,” ujarnya kepada blokTuban.com pada Sabtu (01/01/2022). 

Dulu Dumbek buatan H. Sahenan tersebut dijajakan di Pasar Rengel, akan tetapi karena sudah banyak yang mengetahui kue Dumbek buatannya tersebut, saat ini ia sudah tidak memasarkannya karena pesanan yang ia terima sudah membludak.

Bahkan kue Dumbek buatan H. Sahenan bisa tembus hingga ke luar negeri dan berbagai daerah di Indonesia. Seperti dari Jepara dan juga Rembang. 

“Padahal di Rembang juga ada yang buat Dumbek tapi katanya rasanya beda. Kemarin satu keluarga kesini hanya karena ingin tahu Dumbek buatan pak Sahenan," ucapnya.

Kue Dumbek buatan H.Sahenan tersebut dibandrol mulai dari harga Rp1000 hingga Rp3.000, tergantung dari rasa dan ukurannya. Saat ini, setiap harinya ia bisa memproduksi Dumbek minimal 500 hingga 700 biji. 

"Banyak yang pesan kadang ada yang 50, 100 dibuat hajatan seperti lamaran banyak. Biasanya dipilih yang warna lontarnya masih kuning, supaya bagus," bebernya. 

Saat ini yang menjadi kendala usaha kue Dumbek H. Sahenan tersebut ada pada daun lontar yang semakin sulit didapatkan. Biasanya bapak dari lima orang anak tersebut memberdayakan para tetangga di sekitar rumahnya untuk membuat urung (wadah Dumbek yang terbuat dari lontar). 

Agar tidak tertinggal oleh perkembangan zaman, kue Dumbek nya tersebut juga dipromosikan melalui media sosial. Seperti Facebook dan juga WhatsApp dibantu oleh putrinya. 

"Kadang banyak yang pesan Dumbek tapi lontarnya tidak ada, itu yang susah buatnya. Apalagi waktu barengan sama kupatan, jadi berebut karena sama-sama pakai lontar," tuturnya. 

Untuk bisa bertahan hingga saat ini, ia mengaku jika selalu mengutamakan kualitas rasa. Seperti memperbanyak gula Jawa di kue Dumbek buatannya. [sav/lis]