Reporter : Ali Imron
blokTuban.com – Blai slamet !! Begitu orang Jawa bilang. Meski tertimpa blai (bencana) namun masih slamet (selamat) karena badan tidak terluka, meski harta benda sebagian hancur. Begitulah nasib Rini Widowati (37) pemilik warung di Desa Klutuk Kecamatan Tambakboyo yang tersapu putting beliung.
Meski sudah selang sehari setelah kejadian, tubuh Rini masih gemetar. Ia bersama suaminya selamat dari musibah, dan nyaris tertimpa warungnya yang kini rata dengan tanah.
Bencana angin puting beliung yang menerjang desanya menyisakan rasa takut dan trauma bagi warga setempat.
Beberapa saksi berbagi cerita kepada blokTuban.com, bagaimana awal mula datangnya puting beliung hingga memporak-porandakan bangunan rumah, kandang unggas, hingga warung.
Menurut Rini, angin ribut datang bersamaan dengan hujan rintik-rintik dari dua arah yaitu selatan dan utara. Persisnya mulai pukul 13.00 hingga 14.00 Wib.
"Titik angin bertemu di warung saya. Waktu itu di dalam kaget karena saat menggoreng belut, tiba-tiba terdengar angin ribut," kata Rini di lokasi, Sabtu (27/11/2021).
Suami Rini secara spontan keluar seorang diri menjauh dari warung. Sedangkan Rini masih tertinggal di dalam warung. Sadar bahwa istrinya tertinggal, suaminya datang kembali. Lalu menarik Rini keluar warung, tapi kaki suaminya masih terkena reruntuhan kayu.
Waktu itu, suami Rini sempat terpincang-pincang menahan sakit. Meskipun demikian, keduanya bersyukur karena selamat meskipun harus kehilangan warung seluas 8x8 meter semi permanen. Begitupun beberapa hewan ternak kambingnya juga selamat.
Tak hanya merobohkan warungnya, angin ribut juga menumbangkan pohon mangga setinggi 10 an meter yang berada di belakang warung. Aneh tapi nyata, seluruh dahan mangga tumbang seperti dipotong gergaji mesin.
Pada Sabtu (27/11) pagi sekitar pukul 07.00 Wib, Rini menguatkan mentalnya dengan mendatangi warungnya yang tak berbentuk. Dibantu tetangganya, ia mengambil beberapa barang yang masih bisa dipakai kembali.
Selain warung, dua unit kandang ayam juga rusak parah. Bagian atap yang terbuat dari esbes hilang diterpa angin. Kandang dengan isi bebek 1.000 an ekor tersebut, belum diketahui kerugiannya.
Kerusakan parah juga dialami Kusrini (45) pemilik warung makan dan tempat ngopi. Galvalum yang berada di lantai dua, porak poranda karena angin. Bahkan bagian esbesnya seperti kertas melayang sampai Desa Pabeyan.
"Awalnya mendung sekitar pukul 13.30 Wib. Kemudian muncul angin dari selatan dan merusak gavalum di lantai dua," imbuh Kusrini.
Dia mengira suara benda jatuh adalah balon meletus. Setelah lantai duanya rusak, ia kaget dan histeris karena kerugiannya ditaksir mencapai Rp110 juta. Keberuntungan masih memihaknya, karena waktu angin datang tidak ada yang ngopi di lantai dua.
Agus (42) juga menjadi korban puting beliung. Kerugian yang dideritanya lebih dari Rp10 juta. Sebab, dua pohon jati ukuran besar tumbang, rumah ambruk, dan tembok sepanjang 50 meter roboh.
"Kata warga yang melihat angin datangnya dari arah selatan. Rumah semi permanen miliknya sempat terangkat, disusul dua pohon jati di samping rumahnya tumbang. Beruntung tidak mengenai rumahnya," terang Agus.
Berdasarkan data yang dihimpun Pemdes Klutuk, jumlah rumah yang terdampak sekitar 30-45 unit. Kerusakan rumah tergolong kecil karena hanya bagian atap yang rusak.
Adapun bangunan yang rusak parah adalah warung milik Rini, rumah Kusrini dan rumah Agus, serta atap SDN Klutuk 2.
"Jumlah total kerugiannya satu desa belum bisa dipastikan," tegas Kepala Desa Klutuk, Sugiyono.
Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Tuban, terpetakan sembilan kecamatan rawan bencana puting beliung. Mulai Kecamatan Widang, Jatirogo, Grabagan, Palang, Plumpang, Semanding, Kerek, Bangilan, Bancar. [ali/ono]