Reporter: Dina Zahrotul Aisyi
blokTuban.com - Kabupaten Tuban memiliki 65 Kilometer bentang pantai dari Kecamatan Palang hingga Bancar. Di wilayah itulah tersimpan kekayaan laut melimpah, seperti berbagai macam jenis ikan, udang, cumi-cumi, dan sebagainya. Dengan adanya potensi kekayaan hasil laut tersebut, terdapat banyak peluang usaha yang bisa diciptakan dengan membuat produk olahan berbahan dasar hasil laut.
Rasimah, salah satu pemilik Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Keripik Yugus (YGS) yang telah berdiri sejak tahun 2006 tersebut melebarkan usahanya dengan membuat produk olahan hasil laut seperti abon Ikan Tunul, tongkol, cakalang, dan sambal rebon.
Awalnya usaha miliknya dimulai dengan memproduksi keripik tempe, seiring berjalannya waktu hasil produksi YGS bertambah menjadi aneka ragam jenis keripik dan saat ini juga memproduksi hasil olahan laut. Produk-produk olahan hasil laut baru diproduksinya di kisaran tahun 2019 ketika ia merasa perlu berinovasi untuk usahanya.
“Sebenarnya karena pasarnya agak sepi, jadi ya ditekuni saja sambil nambahin produk-produk itu,” ungkapnya saat ditemui reporter blokTuban.com di rumahnya di Desa Prunggahan Kulon, Kecamatan Semanding, Kabupaten Tuban pada Kamis (18/11/21).
Untuk memproduksi olahan hasil laut, perempuan asal Desa Prunggahan Kulon tersebut mengambil bahan-bahan baku langsung dari Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Desa Gelondong, Kecamatan Tambakboyo, Tuban karena harga untuk bahan baku dirasa lebih miring dibandingkan membelinya di pasar.
“Sudah punya langganan untuk tempat beli ikan-ikannya,” terangnya.
Rasimah menjelaskan alasannya menggunakan Ikan Tunul sebagai salah satu bahan untuk membuat abon, menurutnya saat ini masih jarang yang memproduksinya. Selain itu karena hasil Ikan Tunul juga melimpah, memiliki rasa yang enak, dan proses pengolahannya yang mudah.
“Kalau Ikan Tongkol, cakalang, sudah banyak ya di pasaran, orang-orang mungkin belum tau kalau abon Ikan Tunul,” jelasnya.
Produk olahan hasil laut yang diproduksi UMKM YGS tersebut memiliki ketahanan yang cukup lama, yakni kurang lebih 10 bulan untuk jenis abon, sedangkan untuk rebon kisaran lima sampai enam bulan karena rawan melempem.
Pemasaran produk-produk YGS tersebut sebenaranya hanya dilakukan secara offline, meskipun demikian Rasimah menjelaskan bahwa biasanya banyak reseller yang mengambil produk-produknya untuk dijual secara online, sehingga memungkinkan untuk dijangkau masyarakat luas.
“Ini produknya kan kering dan tahan lama juga jadi kalau dipasarkan secara online pasti aman-aman saja, tapi sayanya memang hanya jual offline,” terangnya.
Hasil produksi Rasimah sudah mengantongi nomor Produksi Industri Rumah Tangga (PIRT) dan terdaftar di Dinas Koperindag sehingga sudah pasti hasil prosuksi tersebut lolos persyaratan dan layak beredar di pasaran. Rasimah mengaku saat ini untuk abon Ikan Tunul juga sudah beredar di Alfamart Kabupaten Tuban. Kedepannya Ia berecana mendaftarkannya ke Indomaret, dan berbagai supermarket seperti Bravo ataupun Samudera.
“Saat ini masih Alfamart saja, dulu itu saya nggak berani karena takutnya kalau sudah masuk ke supermarket dan harus produksi banyak belum sanggup. Tapi kemungkinan kedepannya akan dicoba,” jelasnya.
Ibu dua anak tersebut juga menjelaskan bahwa produk olahan hasil laut miliknya memiliki dua varian yakni pedas dan original. Selain itu ia melanjutkan jika abon dan sambal rebon sangat cocok jika disajikan dengan nasi panas dan digunakan untuk lauk pelengkap.
“Cocok ini kalau buat bekal anak-anak pondok atau yang rantau,” ungkapnya.
Harga per pack dengan berat bersih 120 gram abon Ikan Cakalang, tongkol dan tunul Rp 25.000 sedangkan untuk abon ikan tunul yang berukuran 60 gr seharga Rp 12.500 dan untuk produk sambal rebon dengan berat 100 gram seharga Rp 15.000. [din/sas]
Olah Ikan Tunul Sebagai Abon untuk Lebarkan UMKM YGS
5 Comments
1.230x view