Reporter : M. Anang Febri
blokTuban.com - Tradisi wiwit padi sudah jarang ditemui oleh masyarakat di Kabupaten Tuban. Meski demikian, bukan berarti tradisi ini sudah tak lagi lestari. Masih ada sejumlah warga yang mempertahankan tradisi Jawa dari nenek moyang ini. Salah satunya warga di Tanah Tikungan Tajam, Desa Plumpang, Kecamatan Plumpang.
Masyarakat yang bermukim di RT/RW 04/09, atau biasa disebut lingkungan sawah kulon (barat) menyambut acara wiwit tumpah ruah memadati jalanan yang menikung itu. Mulai dari anak-anak, pemuda, ibu-ibu, juga para petani setempat nampak antusias dengan acara wiwit padi.
Bekal dari rumah berwujud aneka sajen diarak oleh warga dari rumah dekat sawah kulon menuju lokasi. Suasana mendung dan hujan pun menyertai, namun tak menyurutkan khidmat warga.
Sebelum tabuh acara wiwit dimulai, terdapat sebuah pertunjukan seni yang dibawakan Arif Ponco, seniman teater Tuban, yang menghantar doa-doa berikut laku penggambaran pertunjukan wiwit.
"Terimakasih kepada masyarakat yang semangat, sudah mau uri-uri tradisi budaya Jawa wiwit pari (padi *red)," kata Kepala Desa (Kades) Plumpang, Tumito ketika membuka acar wiwit padi, Minggu (26/9/2021).
Dengan begitu, warga mengharap Dewi Sri penggambaran dewi kemakmuran padi agar menyertai. Doa-doa juga dikirim pada para leluhur yang membuka bumi Plumpang.
"Semoga wiwit ini memberi kemanfaatan bagi semua warga. Khususnya para petani di Desa Plumpang, terlebih warga bumi sawah kulon tikungan tajam," lengkapnya.
Tokoh sesepuh, Mbah Sunaji menjelaskan bagaimana seluk beluk makna wiwit padi. Tradisi ini merupakan bentuk syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sri Sedani yang memangku Dusun Plumpang, berharap agar semua diberi kenikmatan, selamat dunia dan akhirat.
"Semua masyarakat semoga diberikan kemudahan, sehingga bisa mendapat rezeki melimpah yang berkah," tutur Mbah Sunaji yang juga dukun tanduk wiwit itu.
Acara tradisi ini juga diprakarsai oleh para pemuda Plumpang, yang didukung penuh oleh tokoh agama dan tokoh masyarakat lingkungan setempat.
Bambang Budiono, seorang tokoh pemuda desa telah lama ingin menggalakkan kembali tradisi wiwit. Dengan maksud menumbuhkan lagi bagaimana suasana suka cita saat panen. Yang pada umumnya wiwit padi dilakukan secara mandiri maupun kolektif.
"Wiwit padi ini adalah tradisi yang hampir punah. Maka dari itu sebisa mungkin kita jaga dan dilestarikan," jelas Bambang.
Pria alumni Universitas Ronggolawe (Unirow) Tuban ini menambahkan, bahwa memang diakui kalau tradisi semacam ini sempat sepi. Hanya orang tertentu yang melakukan, dan selebihnya melupakan.
Sementara itu, dari respon masyarakat perihal uri-uri tradisi wiwit ini begitu disambut ria. Hal itu terbukti dari keseriusan gotong royong di dalamnya. Meskipun sebelumnya ada sedikit penolakan yang membumbui uri-uri wiwit padi.
"Sempat ada penolakan, katanya sudah tidak zamannya. Akan tetapi, seiring jalannya waktu semua warga sepakat untuk tetap mempertahankan tradisi wiwit padi. Kedepan akan kita pertahankan," ujar Supandi, tokoh masyarakat.
Dari bumi sawah barat, Lingkungan Tikungan Tajam, Desa Plumpang, warga memberi pesan terhadap kawula muda supaya tak malu untuk bertani.
"Untuk petani muda, jangan takut masuk sawah, jangan takut menanam. Karena itu budaya tradisi leluhur kita, yang hidup dari agraria," seru Bambang berpesan. [feb/col]