Reporter : Ali Imron
blokTuban.com - Sejak bulan Desember 2020 hingga Januari 2021, Kabupaten Tuban dihadapkan bencana banjir. Data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), bahwa banjir telah terjadi 11 kecamatan.
Kalaksa BPBD Tuban, Yudi Irwanto menjelaskan ada dua jenis banjir di Tuban yaitu luapan Sungai Bengawan Solo berdampak di wilayah Kecamatan Widang, Plumpang, Rengel, Soko, dan Parengan.
Untuk wilayah kecamatan lain terdampak luapan sungai/avour dan waduk. Kecamatan Parengan, Singgahan, Senori, Bangilan, Jatirogo kena luapan Kali Kening. Merakurak juga luapan sungai DAM setempat.
Banjir di Palang akibat luapan Avour Suru, Palang dan Widang terdampak Avour Kuwu dan waduk Jabung, Kecamatan Kerek terdampak waduk Singkil, Semanding dapat kiriman air dari hulu, dan Bancar karena saluran irigasi sempit.
"Banjir tahun ini dipengaruhi La Nina. Debit air hujan lebih besar 40 persen dari tahun sebelumnya. Saat hujan turun kerap diikuti angin kencang. Ditambah sungai terjadi pendangkalan, drainase penyempitan, dan sampah menumpuh," ucap Yudi Irwanto kepada blokTuban.com, Senin (25/1/2021).
Penyebab banjir di pemukiman dan persawahan, lanjut Yudi juga akibat minimnya resapan di wilayah hutan. Hutan gundul adalah fakta dan temuan itu telah BPBD sampaikan ke Perhutani dalam forum resmi.
Pengamatan BPBD Tuban seperti di wilayah Palang, hutan di daerah Ngimbang gundul sehingga air mengalir deras ke Desa Cendoro, Pucangan hingga Palang. Di Kecamatan Grabagan juga hutannya kurang. Sama dengan daerah Parengan, Jatirogo, Senori, Merakurak dan Montong banyak hutan yang gundul.
Di satu sisi, diakui mantan Kabag Umum Pemkab memang ada program penebangan dari pihak Perhutani. Disisi lain ada tangan-tangan yang tidak bertanggungjawab menebang pohon seenaknya. Waktu lalu, Perhutani bersama TNI, Polri, masyarakat dan Pemdes dan BPBD terlibat sudah melakukan penanaman.
"Disayangkan penanamannya sudah berhasil dan tumbuh, tapi ketika pohonnya sudah besar ditebangi oleh pihak yang tidak bertanggungjawab. Hasil koordinasi dengan Perhutani akan dievaluasi untuk penanaman yang lebih baik," jelas mantan Camat Palang.
Selama ini setiap ada banjir, BPBD langsung tanggap terjun ke lapangan. Kecepatan medsos sebagai ruang informasi bagi netizen, cukup membantu BPBD mendapat kabar lebih dini.
Misalnya daerah ini ada genangan air/banjir, informasi tersebut segera masuk ke BPBD. Pantauan di lapangan, banjir berlangsung tidak lama seperti Desa Tuwiri Wetan, Merakurak setinggi 120 Cm. Begitupula banjir di Magersari dan Ngrayung Plumpang setinggi 1 meter dan Kerek juga hanya beberapa saat.
Yudi mengaku hadirnya BPBD membuat masyarakat senang dan merasa aman karena tim selalu bawa peralatan. Kalau butuh penanganan darurat juga langsung disediakan glangsing. Problemnya banjir genangan di Tuban hanya berlangsung 1-2 jam. Kondisi ni sedang dikoordinasikan dengan OPD terkait penyebab utama terjadinya banjir.
Seperti contoh banjir di Panyuran Palang. Banjir pertama BPBD datang ke lokasi membersihkan sampah di bawah jembatan nasional didapatkan sampah 6 truk, kemudian hujan dan menyebabkan banjir kedua didapatkan sampah 5 truk. BPBD dan PUPR bersama intansi yang berwenang jalan nasional diputuskan jembatan harus dilebarkan.
Bersama beberapa intansi sepanjang sungai di Panyuran akhirnya disusuri dengan alat berat. Sungai tersebut telah didalamkan sementara. Langkah berikutnya adalah melebarkan jembatan, begitupula di sungai-sungai yang lain.
Sungai banyak mengalami pendangkalan. Kotoran dan lumpur banyak dan butuh dinormalisasi. Dibutuhkan pula sodetan untuk menampung debit air yang lebih besar.
Kalau tidak cukup avournya maka akan meluber ke pemukiman dan persawahan. BPBD bersama OPD terkait masih mencarikan solusi supaya ketika hujan tidak banjir lagi.
"Dampak banjir sendiri diantaranya persawahan. BPBD ikut prihatin melihat sawah yang ada padinya berusia 50-70 hari atau siap panen. Plumpang-Widang-Rengel siap panen," bebernya.
Untuk korban jiwa akibat banjir adalah warga Pucangan, Palang bernama Abdus Somad (49). Korban hanyut di Avour Suru ketika menyeberangi sungai dan mendadak banjir datang. [ali/ono]