Reporter : Khoirul Huda
blokTuban.com – Mantan Kepala Dinas Energi Sumberdaya Mineral (ESDM) yang juga calon bupati Tuban Setiajit terus bergerak membantu petani. Salah satunya, Setiajit mengajari para petani cara mengendalikan hama wereng yang benar.
Sebab, saat ini lahan pertanian warga di sejumlah kecamatan sedang diserang hama wereng. Hama itu menyerang batang bagian bawah padi.
Sehingga cara membasminya dilakukan secara benar. Hama tersebut bisa hilang dengan disemprot cairan obat. Hanya, cara menyemprotnya harus benar.
‘’Wereng ini ada di bagian batang, jadi cara menyemprotnya harus langsung ke batang. Disemprot dari bawah, jangan dari atas,’’ ujar Setiajit saat memberikan penjelasan pada petani.
Kamis (17/9/2020) Setiajit turun di dua desa di Kecamatan Pumpang, Desa Cangkring dan Kepohagung.
Di setiap desa, kepala desa (Kades) langsung menyambut Setiajit. Seperti Kades Cangkring Rispandi dan Kades Kepohagung Dono Samuri.
Ratusan petani menyambut antusias kedatangan pejabat kelahiran Desa Tegalrejo, Kecamatan Merakurak, Tuban ini.
Untuk teknis pengendalian hama, Setiajit memercayakan pada Parman, petugas Pengamat Hama Penyakit (PHP) yang membawahkan Kecamatan Plumpang dan Widang.
‘’Yang jelas, pengendalian hama harus dilakukan serentak dan bersama-sama. Ikuti arahan dari petugas pertanian,’’ pesan Setiajit.
Petani yang saat itu hadir mendoakan mantan Pejabat Bupati Jombang itu menjadi Bupati Tuban. Doa itu disampaikan karena para petani sangat senang, sebab kedatangan Setiajit dengan membawa bantuan obat pembasmi hama.
Sebab, sudah beberapa bulan ini para petani dipusingkan dengan banyaknya hama yang menyerang tanaman padi mereka. Yang pertama adalah hama tikus yang mulai menyerang sejak sekitar Agustus 2019 lalu. Dan sekarang hama wereng.
‘’Saya sangat senang Pak Setiajit datang dengan membantu obat pembasmi hama,’’ ujar Kuwat (50) salah satu petani.
Kuwat punya sawah sekitar 400 meter persegi. Dia mengaku kewalahan dengan hama yang menyerang lahan pertaniannya. Untuk membasmi hama, dia menyemprot dengan menggunakan pestisida.
Untuk sekali semprot dia butuh sedikitnya dua tangki pestisida yang sudah dicampur air. Satu botol pestisida paling murah Rp 150 ribu harganya. Satu botol paling banyak bisa untuk Sembilan tangki. Padahal, agar tanaman bagus, minimal dua kali seminggu harus disemprot.
‘’Karena, kalau kurang bagus hasilnya saya semprot lagi, begitu terus,’’ katanya.
Keluhan inilah yang dijawab Setiajit. Bukan hanya di Kecamatan Plumpang saja, karena petani di Kecamatan Widang, Rengel dan lainnya juga mengeluhkan hal serupa dan dibantu.[hud/ono]