Reporter: Ali Imron
blokTuban.com - Awal tahun 2020, buta aksara masih menjadi pekerjaan rumah bagi Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tuban. Potret buram dunia pendidikan ini, rata-rata yang tidak bisa membaca yakni golongan Lansia usia 50-60 tahun ke atas.
Kepala Dinas Pendidikan Tuban, Nur Khamid mengungkapkan tantangan mengentas buta aksara di 20 kecamatan. Dicontohkan jika hari ini bisa membaca, besoknya belum melek aksara lagi.
"Mayoritas orang Lansia," tutur Nur Khamid kepada reporter blokTuban.com, Kamis (16/1/2020).
Pelatih gulat di Bumi Wali ini mengaku kerepotan menangani kasus buta aksara. Perlu kerjasama dengan semua pihak, karena tidak bisa hanya diselesaikan oleh pemerintah.
Adapun jumlah buta aksara tidak terlalu banyak, tapi juga tidak baik kalau tidak diselesaikan. Kasus ini ditangani dalam program pendidikan masyarakat (Dikmas) di instansinya.
"Anggaran dan jumlah buta aksara lupa datanya," bebernya.
Nur Khamid juga menemukan hal unik, dimana penderia buta aksara ini mahir membaca Alquran. Alquran juga aksara arab, cuma kalau abjad memang tidak bisa. Mereka yang seperti ini masuk dalam data buta aksara BPS.
Lebih dari itu, ibunda Nur Khamid sendiri juga tidak sebaik membaca Alquran dibanding abjad pada umumnya. Kalau tanda tangan juga menggunakan huruf Arab begitu.
"Tapi pandai ibunda saya," tegasnya.
Soal data buta aksara, Kabid PAUD Dikmas Disdik, Welly juga belum bisa membeberkan ke Reporter blokTuban.com.
Ditahun 2016 silam, Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Tuban, menyebut masih ada 15 ribu warga di bumi wali yang masih belum bisa membaca dan menulis. Hal ini menjadikan Tuban masuk 10 besar salah satu kota dengan warga buta aksara tertinggi di Jatim. [ali/lis]