Reporter: Ali Imron
blokTuban.com - "Kita ingin mengurangi kegiatan mencari rumput atau ngarit, dengan membuat pakan ternak sendiri. Upaya ini menjadi langkah maju bagi petani di sekitar operasi Pertamina Terminal BBM (TBBM) Tuban," tutur Ketua BUMDes Tasikharjo, Sumaji.
Enam bulan terakhir, Sumaji memiliki tanggungjawab baru yakni membuat pakan ternak sapi campuran dari kulit kacang dan tongkol jagung (janggel). Semua peralatan dan kebutuhannya dicukupi oleh Pertamina.
Untuk pendampingan diawasi langsung oleh tim dari Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) secara intens. Sedangkan proses pengolahan pupuk organik, Pertamina bekerjasama dengan PT ITS Tekno Sains di tahun 2018.
"Teknologi pembuatan pakan sapi dari limbah pertanian ini masih tahap uji coba. Saya yakin ini berhasil dan mampu menjadikan petani peternak mandiri," terang Sumaji.
Dengan pendampingan dari ahlinya, dirinya bersemangat memanfaatkan limbah pertanian. Semula kulit kacang dan tongkol jagung terbuang. Setelah dicampur dengan sekam, diharapkan mampu mempercepat penggemukan sapinya.
Melalui BUMDes, pemberdayaan petani peternak lebih terkontrol. Semua fasilitas mulai sapi, mesin pencacah, rumah kompos, rumah pakan hingga lahan uji coba pupuk sudah disediakan Pertamina. Para petani cukup melihat hasilnya, kemudian mempraktikkan secara mandiri.
Setengah tahun berjalan, hasil penggemukan sapi belum ketara. Kendati demikian, tanda-tandanya sudah terlihat. Secara normal jangka waktu penggemukan sapi terlihat nyata selama dua tahun.
Sama halnya dengan pengolahan pupuk organik, juga sudah dipraktikkan dan diujicobakan di tanaman tomat dan bawang merah. Adapun hasilnya juga belum terlihat, karena belum dipanen.
"Ini menjadi tantangan BUMDes karena kebiasaan petani peternak setelah melihat hasil baru mau mengikuti," terangnya.
Saat ini BUMDes intens menjalin komunikasi dengan Kelompok Tani (Poktan) maupun Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan). Koordinasi ini goalnya adalah pemberdayaan petani dan peternak Tasikharjo di masa depan.
Pria ramah ini juga memiliki cita-cita tinggi. Apabila pakan dan pupuk sudah berjalan stabil, akan diintegrasikan dengan konsep wisata alam. Sebagai kawasan pertanian, Tasikharjo ingin menawarkan cara membuat pakan dan pupuk mandiri.
"Harapan kedepan ke desa wisata," beber pria berkulit sawo matang itu.
Konsultan ITS, Doktor Yuli, menjelaskan kandungan protein pakan ternak yang semula hanya 2 persen bisa dinaikkan hingga 26 persen.Protein tersebut lebih tinggi dibanding konsentrat di pasaran yang hanya 13 persen.
"Sementara pakan ternak masih dimanfaatkan oleh peternak Tasikharjo, ke depan akan dikomersilkan dengan dukungan Pertamina TBBM Tuban," sambungnya.
Untuk memproduksi 1 Kg konsentrat, harga pokoknya sekitar Rp1.100. Sedangkan rata-rata harga konsentrat di pasaran sudah Rp2.600. Artinya petani bisa menghemat Rp1.500/Kg.
Selama ini persoalan utama yang dihadapi para peternak, yaitu tingginya biaya pakan. Oleh karena itu, program CSR Pertamina ini sangat tepat sasaran disinergikan dengan BUMDes desa sekitar operasi.
Kenapa program ini bersinergi dengan BUMDes, karena badan tersebut yang bisa menyosialisasikan ke petani sekitar. Badan resmi milik desa ini digandeng, karena bukan hanya milik kelompok atau perorangan.
Operation Head TBBM Tuban, Andarias A. Rambu, menjelaskan jika program ini lebih dulu batik. Atas komunikasi dan pendekatan intens, sekarang jarang ada petani yang bakar-bakar dekat dengan operasi TBBM.
Secara general Pertamina TBBM telah melakukan banyak di Tasikharjo. Mulai pemberdayaan perempuan dengan batik, tanam pohon, pendampingan petani melon, hingga pemberian mobil siaga ke desa sekitar. Program tersebut diharapkan bermanfaat, dan meningkatkan kemandirian warga. [ali/lis]