Reporter: -
blokTuban.com - Tahukah kamu kesamaan dari pizza, es krim, dan cokelat? Selain menjadi comfort food (makanan yang memberi kenyamanan) banyak orang, ternyata makanan tersebut memiliki kandungan lemak dan karbohidrat dengan rasio 1:2.
Kombinasi lemak dan karbohidrat dengan rasio tersebut membuat kelezatan makanan itu jadi berlipat.
Penelitian tahun 2018 oleh tim dari Universitas Yale menemukan, kombinasi lemak dan karbo memiliki efek sinergis di otak. Dengan kata lain, makanan ini memiliki efek besar di otak, melebihi rasa lezatnya.
Makanan dengan komposisi tersebut juga paling laris. Bahkan, konsumen rela membayar tiga kali lebih mahal dibanding dengan makanan yang hanya mengandung karbohidrat atau lemak saja.
Dalam ASI
Secara alami, makanan yang mengandung rasio lemak dan karbohidrat mirip adalah air susu ibu (ASI). Kandungannya adalah 3-5 persen lemak dan sekitar 7 persen karbohidrat. Kurang lebih 1:2.
Tak mengejutkan jika orang yang mendapat ASI ketika bayi akan lebih menyukai makanan dengan komposisi serupa karena secara psikologi mengingkatkan mereka akan masa-masa paling nyaman dalam hidupnya, saat masih mendapatkan ASI.
Menurut ahli saraf dan peneliti Alain Dagher, masuk akal bahwa ASI adalah yang optimal. Karena itu adalah makanan pertama yang kita makan, kita juga belajar sejak usia sangat dini bahwa makanan adalah hadiah.
"Sepanjang usia kita akan merasakan kombinasi itu (lemak dan karbo) membuat nyaman," katanya.
Dagher menjelaskan, hal itu terjadi karena terciptanya "jalur reward" di otak, yaitu sistem ganjaran dan kesenangan yang melepaskan dopamin.
Hormon itu juga menstimulasi perilaku yang menguntungkan pada manusia, seperti makan makanan tinggi kalori untuk energi atau berhubungan seks untuk reproduksi.
Jalur tersebut ternyata juga akan aktif ketika dipicu oleh konsumsi narkoba atau makanan tertentu. Respon senang setelahnya akan membuat kita ingin lagi dan lagi.
Respon di otak
Jalur reward di otak manusia melibatkan komunikasi yang kompleks dari seluruh indera, naluri, dan juga memori.
Ketika makanan masuk ke mulut, otak akan menerima informasi lewat reseptor di mulut dan mulai membuat catatan.
Saat ini makanan yang terdiri dari karbohidrat dan lemak sangat mudah ditemui. Secara genetik, kita pun memang mudah terpikat oleh jenis makanan ini.
Ketika mata kita melihat makanan tersebut akan memicu memori dan sirkuit ganjaran di otak.
"Kita akan mengingat bahwa donat atau pizza mengandung kalori dan itu nikmat, yang akan memicu rasa ingin. Kemudian sistem akan mengaktifkan otak yang mendorong kita untuk bertindak atau makan," kata Daghner.
Setelah makanan masuk, reseptor di mulut dan usus akan menyerap nutrisi dan berkomunikasi dengan otak.
Otak tahu bahwa kita mengasup nutrisi yang penting dan mencatatnya ke dalam memori, mendorong kita untuk makan lagi.
Ini sebabnya mengapa kita sering tak berdaya menghadapi godaan makanan yang mengandung lemak dan karbohidrat.
Kabar baiknya, kita sebenarnya bukan sama sekali tidak berdaya. Ada mekanisme "kontrol diri" di otak manusia. Sayangnya, kita jarang mempergunakannya.
*Sumber: kompas.com
Di Balik Lezatnya Kombinasi Lemak dan Karbohidrat
5 Comments
1.230x view