Reporter: M. Anang Febri
blokTuban.com - Naik turunnya harga jual produk hasil tanam petani ke pasaran pemborong, sering kali memicu kebingunangan petani di beberapa wilayah. Salah satunya tanaman cabai. Pasalnya, hampir setiap waktu dalam hitungan jam saja harga komoditas dapur itu bisa membumbung, kemudian anjlok drastis tanpa kontrol.
Hal tersebut banyak diutarakan para petani yang berada di wilayah selatan Tuban, seperti Kecamatan Grabagan, Rengel, sampai ujung selatan Kecamatan Soko. Ya, hampir sebagian besar wilayah tadi tengah banyak ditemui hasil tanam cabai dengan kisaran harga yang beda pula.
"Salah waktu pas jual bisa rugi. Pagi, harga satu kilo bisa sampai Rp25.000 per kilo, siang sampai sore bisa anjlok jadi Rp15.000. Kadang juga naik turun seharian," ujar Yongki, penjual cabai di Kecatamatan Grabagan, Minggu (28/10/2018).
Lebih dari itu, sebab-sebab harga jual cabai tak stabil tiap waktu tersebut banyak menuai dugaan darinya. Adapun salah satu alasan klasik, ialah jumlah stok yang membludak. Padahal, wilayah-wilayah di Kabupaten Tuban pada cuaca kering demikian tak sedikit pula yang menanam cabai, juga memiliki bos dan pemborong pusat masing-masing.
"Apa pengaruh musim ya. Musim politik, jadi jual beli hasil tanam juga dipolitiki. Perlu perhitungan matang kalau begini," ujarnya menyinggung soal manajemen harga area pemborong pusat.
Terpisah, petani cabai di Kecamatan Soko juga menuturkan hal senada. Naik turunnya hasil tanam salah satu komoditas dapur itu tak bisa dipandang remeh. Sebab, perhitungan antara biaya tanam, perawatan, dan harga jual produk tanam harus membuahkan hasil untung.
"Harga yang beda di setiap wilayah, kadang dipengaruhi pemborong juga. Tapi ya kasihan kalau keseringan turun, kalau pertanaian sektor cabai biayanya lumayan lho," ungkap Yusuf kepada blokTuban.com. [feb/lis]