Reporter: Sri Wiyono
blokTuban.com – Semua sendi kehidupan masyarakat tak pernah lepas dari minyak dan gas (migas). Karena, semua yang dilakukan tak lepas dari energi, dan hampir semua energi yang dibutuhkan, disediakan atau ditopang oleh migas. Karena itu, migas harus tetap ada, dan harus terus diproduksi.
Namun, produksi migas nasional, saat ini sudah mengkhawatirkan. Sebab, antara kebutuhan yang produksi sangat tidak imbang. Kebutuhan atau konsumsi jauh lebih besar dibanding produksinya. Sehingga, Indonesia harus impor, khususnya bahan bakar minyak (BBM) dari luar negeri.
‘’Karena Indonesia saat ini sudah bukan negara penghasil minyak lagi. Kita kekurangan, sehingga harus impor,’’ ujar Kepala Satuan Kerja Khusus (SKK) Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (Migas) Jawa, Bali dan Nusa Tenggara (Jabanusa) Ali Masyhar saat sosialisasi tentang migas di hadapan peserta Sekolah Jurnalistik di SMK Terpadu Tarbiyatut Thullab, Desa Sumurcinde, Kecamatan Soko, Kabupaten Tuban, Senin (15/10/2018). Kegiatan hasil kerjasama PT Pertamina Asset 4 Sukowati Field dan Ronggolawe Press Solidarity (RPS) Tuban.
Karena itu, usaha menemukan cadangan-cadangan migas baru terus dilakukan. Kegiatan eksplorasi terus diupayakan agar cadangan migas terus ada. Hanya, tidak semua eksplorasi itu berhasil. Sebab, kadangkala meski sudah mengeluarkan biaya sampai ratusan miliar tidak menemukan migas yang diharapkan.
‘’Jadi, semua serba mungkin. Kadang ketemu kadang tidak. Resikonya tinggi. Itu kenapa tak banyak pengusaha nasional yang berani mengambil resiko. Bahkan pemerintah pun tak berani mengambil resiko. Sehingga, diundang perusahaan asing untuk eksplorasi,’’ tambahnya.
Selain berbiaya dan beresiko tinggi, eksplorasi migas juga butuh teknologi tinggi. Perusahaan asing yang banyak memiliki teknologi tersebut. Karena itu, dia berharap para siswa belajar tekun agar menjadi manusia-manusia yang pintar, yang ke depan bisa menguasai teknologi tersebut untuk membantu menemukan cadangan-cadangan migas baru.
‘’Bantulah negeri ini, karena saat ini sedang sangat membutuhkan cadangan migas yang banyak untuk memenuhi kebutuhan. Para generasi muda ini nanti yang diharapkan bisa membantu,’’ katanya.
Meski sudah punya teknologi tinggi, namun cadangan migas yang dicari berada di ribuan meter di bawah bumi, bahkan terkadang berada di tengah laut. Sehingga, manusia tidak bis memastikan apakah ad atau tidak cadangan migas yang dicari itu. Karena itu, peran Allah atau Tuhan yang paling utama.
‘’Jadi, doa dan kedekatan dengan Allah itu penting. Kalau Allah tidak menghendaki, tidak memberi berkah jangan harap bisa ketemu migasnya. Karena itu, bersyukurlah Indonesia masih diberi berkah dengan masih adanya cadangan migas,’’ tandasnya.[ono]