Reporter: Khoirul Huda
blokTuban.com – Laporan adanya dokumen palsu untuk mendaftar ke sekolah menengah pertama negeri (SMPN) terus bermunculan. Diduga banyak dokumen palsu yang digunakan. Jumlah dimungkin lebih banyak dibanding dengan dokumen yang terungkap.
‘’Pagi ini, habis Subuh saya sudah menerima pengaduan sekaligus data siswa yang diduga menggunakan dokumen palsu. Kali ini ijazah munaqosah yang diduga dipalsukan,’’ ujar Bendahara Dewan Pendidikan Kabupaten Tuban Ratna Handayani Senin (2/7/2018).
Dia mengatakan, setelah dari SMPN 1 Tuban, saat ini kasus dugaan penggunaan dokumen palsu itu terjadi di SMPN 3 Tuban. Seperti diketahui, di SMPN ini termasuk sekolah unggulan yang banyak diincar orangtua siswa untuk menyekolahkan anaknya di sana.
‘’Ini tidak bisa dibiarkan. Ijazah atau sertifikat munaqosah saja dipalsu. Ini sudah luar biasa. Karena itu, semua pihak harus tegas,’’ pintanya.
Dewan Pendidikan, kata dia, sudah koordinasi dengan Dinas Pendidikan. Dinas yang mengelola pendidikan ini diminta tegas menjalankan aturan. Kepada panitia PPDB juga harus menjalankan aturan dengan tegas. Jika ada yang memalsu dokumen harus dicoret dari daftar siswa yang diterima.
‘’Untuk siswa yang memalsu dokumen sudah dicoret, untuk pembelajaran semuanya,’’ kata perempuan yang juga dokter gigi ini.
Dinas Pendidikan, kata dia, juga harus konsisten dan tegas. Jika ada sekolah yang terlibat pemalsuan dokumen harus ditindak tegas. Sehingga, semua harus bertanggungjawab atas perbuatannya. Dewan Pendidikan, lanjut Ratna, juga mendesak agar dalang pemalsuan itu diusut. Sebab, diyakini banyak dokumen palsu yang dikeluarkan.
‘’Ini harus diketahui jaringan atau dalangnya. Siapa yang mengeluarkan dokumen palsu itu. Orangtua siswa bisa jadi hanya korban dari oknum pemalsu. Makanya semua harus jelas,’’ tutur dia.
Untuk siswa yang memalsu dokumen yang di SMPN 1 sudah dipastikan dicoret. Begitu juga dengan yang di SMPN 3. Karena itu, ada orang tua siswa yang menyekolahkan anaknya keluar kota karena sudah ketahuan. Sedangkan siswa yang lain mungkin bisa mendaftar di pilihan kedua atau selanjutntya.
‘’Untuk pilihan pertama sudah pasti dicoret. Makanya ada yang anaknya dibawa ke Semarang. Untuk sekolah di pilihan kedua atau selanjutnya kemungkinan masih bisa,’’ tegasnya.[hud/ono]