Reporter: M. Anang Febri
blokTuban.com - Adanya embung tani yang banyak difungsikan sebagai tadah air hujan, dijadikan harapan semangat baru bagi kalangan petani sekitarnya.
Namun, mengandalkan air hujan yang ditampung ke dalam sebuah embung saat musim kemarau ini dirasa kurang optimal menurut para petani. Sebab, saat kemarau air dalam embung lama-kelamaan menyusut.
"Ada embung, tapi kalau seperti saat ini airnya terus menyusut," ujar Safi'i, petani dekat embung Desa Sumberagung, Kecamatan Plumang, Jumat (25/5/2018).
Dia juga mengatakan, air yang ada di embung tersebut selain jadi tambahan cadangan air petani, juga ditebari benih-benih ikan. Maka dari itu, saat ini tak lagi diambil airnya.
"Embung bisa dimaksimalkan ketika hujan saja. Pas kering begini, kita nggak lagi ambil air dari sana. Harus ambil air dari sumberan yang lumayan jauh di seberang sana," pungkasnya.
Sementara itu di lokasi berbeda, embung di Desa Maibit, Kecamatan Rengel masih tampak terpelihara rapi oleh air yang dibendungnya. Jika sebelumnya bagian dari pembendung sempat ambrol, kini bangunan yang berada tepat depan gapura pintu masuk bumi Lanjar Maibit itu sudah dibenahi.
Salah seorang tokoh masyarakat desa setempat, Tafik menjelaskan, air yang didapat dan ditampung embung di desanya merupakan paduan dari tadah hujan beserta tampungan aliran sungai dari sumberan Maibit.
"Jadi airnya tetap ada dan dapat dibendung ketika musim kemarau seperti ini. Kalau mengandalkan tadah hujan, dipastikan embung kurang maksimal. Sebab, air pasti terus berkurang diuap panas," jelasnya. [feb/col]