Reporter: -
blokTuban.com - Mungkin tak banyak orangtua yang mengalami pengalaman ini. Namun hal tersebut bukan berarti tak pernah terjadi bukan?
Entah karena alasan apa, si kecil berani mengambil uang dari dompet kita. Menyedihkan tentu, tapi ada baiknya kita memperhatikan masukan dari Robin Altman, yang dikutip dalam artikel di laman babycenter.com.
Altman adalah seorang Psikiater anak, yang juga penulis buku Shrink Rap: An Irreverent Take on Child Psychiatry.
Dalam artikel tersebut, Altman menyarankan orangtua untuk memastikan dengan jelas, apakah mereka memiliki bukti bahwa si anak yang " mencuri" uang itu.
Salah satu cara yang paling ampuh adalah dengan mengajak anak berbicara saat kecurigaan itu muncul.
"Sayang, ayah/bunda kehilangan uang di dompet. Sepertinya kamu yang mengambilnya ya?" kalimat semacam itu bisa digunakan sebagai pembuka, menurut Altman.
Setelah pertanyaan itu terlontar, berikan jeda sesaat untuk menunggu respons dari si anak.
Jika dia menyangkalnya, kita bisa memulai dengan kalimat, misalnya "oke, jika memang kamu mengaku tak mengambilnya."
"Tapi, apakah kamu mengambil atau tidak, ayah/bunda ingin memberitahu kamu satu hal, mencuri itu salah."
Orangtua pun harus menekankan pada si anak, meskipun mencuri uang adalah perbuatan salah, namun dia tak akan mendapat masalah besar jika mengaku, dibanding fakta itu terungkap belakangan.
Kasus semacam ini sudah bisa terjadi pada bocah sejak umur awal sekolah dasar. Dan, di usia itu pun anak-anak ini telah bisa memahami soal hal yang salah.
Namun, ide lain yang mungkin belum mereka pahami adalah soal implikasi moral dari perbuatan itu, bahwa mencuri adalah perbuatan yang menyakitkan bagi orang lain.
Tanyakan: "Bagaimana perasaan mu jika seseorang mengambil robot-robotan kamu? Nah, hal yang sama yang sekarang ayah/bunda alami. Sedih sekali."
Terkadang seorang anak berpikir, mengambil sesuatu dari orangtua bukanlah pelanggaran atau bahkan bukan pencurian. Sebab, mereka kerap memahami apa yang jadi milik orangtua adalah miliknya juga.
"Tugas orangtua untuk menjadikan hal ini gamblang bagi si anak, bahwa ketika dia meminta sesuatu, mungkin orangtua akan berbagi, tapi mengambil tanpa permisi adalah tetap perbuatan salah."
Pahami pula dalam benak kita, bahwa anak terkadang mengambil sesuatu dari orangtuanya karena dia sedang merasa diabaikan, dan mencari perhatian. Atau, perbuatan itu dilakukan semacam tindakan "balas dendam".
Misalnya, si anak bisa saja cemburu karena adik atau kakaknya menerima kado yang amat bagus saat pesta ulang tahun, dan merasa tak diperlakukan adil.
Jika ini menjadi pangkal masalahnya, tanggapi dengan kepastian dan kasih sayang.
Kita bisa mengatakan, "Ayah/bunda mencintaimu sama seperti kakakmu, dan kami akan selalu mencintaimu."
"Kami menyesal kamu merasa tidak enak karena itu, tapi mencuri tetap perbuatan yang salah nak."
Selanjutnya, penting untuk menindaklanjutkan temuan itu dengan konsekuensi.
Kita bisa meminta si anak untuk membayar kembali uang yang dia ambil, dari potongan uang sakunya. Atau, mendapat konsekuensi dengan melakukan tugas-tugas tambahan.
Jangan lupa, kata Altman, setelah si anak memenuhi konsekuensinya, maka dia harus dianggap bersih dan persoalan selesai.
*Sumber: kompas.com