Seni Teatrikal TAF, Tunjukkan Kondisi Kesenian Tuban

Kontributor: M. Anang Febri

blokTuban.com - Pasca dibukanya acara Tuban Art Festival oleh Dinas Pariwisata Kebudayaan dan Olah Raga (Disparbudpora) kemarin malam sekitar pukul 21.00 di Aula Pujasera Tuban, pertunjukan teatrikal pun langsung menyambung jalannya kemeriahan acara.


Diiringi alunan musik khas tradisonal Jawa, seorang seniman berkostum bawahan batik dengan lilitan tali di tubuh, serta make up putih dimukanya menari bersama dupa yang dipegang di kedua tangannya.

Tiga orang dengan paras serupa juga datang menghampirinya dengan mengenakan payung dan api obor. Mereka semua tampak sangat terganggu oleh tali-tali yang mengikat pada tubuhnya.

Masyarakat yang datang pun mulai heran dengan tingkah orang-orang tersebut. Banyak orang berasumsi jika tampilan mereka terkesan membingungkan.

"Teatrikal kami pas pembukaan TAF sebenarnya ingin menggambarkan kondisi kesenian yang ada di Tuban," ungkap Dodot, salah seorang aktor yang terlibat dalam teatrikal itu.

Kepada blokTuban.com, Dodot bercerita tentang penggambaran kondisi kesenian di Kabupaten Tuban saat ini sama seperti apa yang dia pentaskan bersama 3 temannya.

"Make up putih kan diibaratkan kapur seperti kawasan Tuban ini. Tubuh yang terikat tali juga menggambarkan kesenian di daerah ini masih terikat, terlilit, dan belum bebas," jelasnya kepada blokTuban.com, Minggu (10/12/2017).

Lanjut Dodot, pemuda lulusan Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) jurusan Seni Drama Tari Musik (Sendratasik) Universitas Negeri Surabaya (UNESA)  itu, bersama kawannya sengaja menyajikan konsep campuran non-realis yang dipadu dengan make up Pantomim

"Ini sebenarnya konsep Mas Buntas, yang dipadukan dengan pantomim non Realis. Dalam pantomim, ada banyak konsep dan jenis pertunjukkan. Makanya kita sajikan seperti itu," pungkasnya. [feb/col]