Kaum Muda, Tirulah Semangat Pantang Menyerah Kikuo Ibe

Reporter: -

blokTuban.com - Siapa tak mengenal Kikuo Ibe? Para penggemar jam tangan G-Shock pasti tahu siapa lelaki berusia 65 tahun ini.

Nama Ibe tak bisa lepas dari ketenaran jam tangan yang sudah nyaris 35 tahun dikenal dengan ketangguhannya itu. Atas inovasinya, Ibe digelari sebagai "Father of G-Shock".

Andai, di awal dekade 80-an Ibe menyerah, dan melupakan ambisinya membuat jam tangan tahan banting, mungkin dia tak akan dikenang seperti sekarang ini.

Ibe yang kala itu belum genap berumur 30 tahun, ingin sekali mewujudkan mimpi menciptakan jam tangan yang tahan banting. Pemicunya adalah saat jam tangan hadiah dari ayahnya, jatuh dan rusak.

Namun, meraih mimpi bukanlah suatu hal yang selalu mudah untuk diwujudkan. Ada banyak perjuangan dan diperlukan semangat pantang menyerah, meski rintangan besar menghadang.

"Dulu, kepala saya seperti mau pecah, ratusan kali percobaan yang saya lakukan gagal, dan gagal lagi," kata Ibe saat berbagi cerita dalam sebuah kesempatan di Jakarta, Kamis (7/12/2017) kemarin.

Dua tahun. Ya, dibutuhkan waktu dua tahun dan lebih dari 200 prototype jam tangan, sebelum Ibe berhasil membuat seri pertama jam tangan G-Shock DW5000 di bulan April tahun 1983.

"Banyak masalah menghadang saya untuk mewujudkan mimpi ini. Semua jam yang saya buat, menjadi sampah, tak bisa terpakai," kata Ibe.

Di masa itu, Ibe mengembangkan idenya di sebuah lokasi rahasia di Hamura. Kini, gedung di Hamura itu dikenal sebagai pusat riset dan pengembangan G-Shock di Jepang.

Lokasinya sekitar satu jam perjalanan dari pusat Kota Tokyo.

Dari salah satu jendela toilet di lantai tiga di kompleks itu, Ibe menguji ketahanan jam buatannya. Dia melempar jam-jam hasil inovasinya ke bawah, untuk menguji kekuatannya.

"Ketika saya berhasil menguatkan mesin jam menjadi tahan banting pun, masalah masih muncul."

"Yang pecah justru layarnya, atau koilnya putus, atau part lain," kata Ibe.

"Saya sampai berpikir untuk mengundurkan diri jika proyek ini gagal, saya nyaris menyerah," cetusnya.

Gadis kecil dan bola

Suatu hari, di tengah kebuntuannya, Ibe berjalan-jalan ke taman. Ketika sedang duduk merenung, Ibe melihat seorang gadis kecil yang bermain bola.

"Bola itu dipantul-pantulkan, saya lalu berpikir bagaimana jika konsep yang sama dipakai untuk melindungi mesin pada jam?"

Singkatnya, dari situlah Ibe mendapat ide untuk membuat desain braket hollow case; dan bantalan pengaman sebagai pelindung bagi mesin G-Shock.

Bantalan penyangga membuat mesin G-Shock seperti "melayang" di dalam chasing, bekerja fleksibel menyerap benturan.

"Jangan pernah menyerah walau ada masalah yang amat besar, inilah moto saya sampai hari ini. Never, never give up," kata Ibe.

Kedatangan Ibe kembali ke Indonesia memang bukan untuk mengikuti perhalatan akbar dari Casio. Dia datang ke Jakarta untuk memberikan kesaksian dalam bincang-bincang bertajuk “G-Shock: Innovate, Level up your Life!”

"Dari sini saya harus ke Surabaya, ke Bandung, lalu Jakarta, baru kembali ke Jepang," kata pria kelahiran 15 November 1952 itu.

Ibe membawa misi menebarkan "virus" pantang menyerah untuk kaum muda Indonesia, demi mewujudkan mimpi, membawa kemajuan bagi kehidupan, dan juga orang-orang di sekitar.

"Satu hal yang ingin saya sampaikan kepada anak muda Indonesia, tantangan dan kesulitan akan selalu ada."

"Ketika terhalang sebuah 'tembok besar', lihatlah ke pergelangan tangan kalian. Saya harap G-Shock bisa mengingatkan dan memberi kalian semangat untuk mampu menghadapi tantangan, dan pantang menyerah menggapai mimpi."

Kikuo Ibe telah bekerja selama lebih dari 40 tahun di Casio. Hingga hari ini, meski usianya sudah tak muda lagi, Ibe masih memegang jabatan sebagai Advisory Engineer for Product Strategy Planning, Timepiece Product Division.

Ibe telah mengembangkan lebih dari 3.200 model dan warna G-Shock. Jumlah itu nampaknya masih akan terus bertambah, seiring dengan janji dan semangat Ibe untuk tak berhenti berinovasi.

Sumber: kompas.com