Reporter: --
blokTuban.com - Tuntutan kebutuhan rumahtangga terus meningkat dari waktu ke waktu. Alhasil, satu sumber penghasilan pun dinilai kurang mencukupi sehingga ayah dan ibu memutuskan untuk bekerja demi keluarga.
Namun, efek samping dari kondisi ayah ibu bekerja setiap hari di luar rumah menciptakan ketidakseimbangan yang memengaruhi fase tumbuh kembang anak.
Seorang profesor di Ottawa’s Carleton University, Linda Duxbury, mengungkapkan bahwa ayah ibu yang bekerja mencari nafkah di kantor atau aktif berbisnis tidak memiliki kemewahan bisa mengatur waktu dengan fleksibel.
“Kebutuhan yang dicukupi sangat mendasar, bukan biaya liburan dan gaya hidup, melainkan makanan, pendidikan, pakaian, dan rumah,” jelas Duxbury.
Dia juga mengatakan bahwa dia tidak sepakat dengan anggapan bahwa ayah ibu bekerja supaya bisa menjalankan hidup berlebihan dan foya-foya.
Menurut dia, fakta yang dia peroleh dari sejumlah studi memperlihatkan, satu dari tiga rumahtangga bisa mengalami guncangan finansial yang serius apabila pemasukan keluarga hanya dari satu sumber penghasilan.
“Anda mungkin tidak menyadari, dua sumber penghasilan keluarga di mana ayah dan ibu bekerja zaman sekarang nilainya sama dengan satu pemasukan pada era 50-an,” imbuhnya.
Dahulu, kondisi keluarga yang ideal adalah ibu di rumah mengurus keluarga dan ayah bekerja mencari nafkah.
Situasi yang demikian, kata Duxbury, sulit untuk diimplementasikan untuk hari sekarang.
“Jangan heran jika melihat banyak ayah ibu yang diam-diam mengalami stres tinggi karena tuntutan hidup yang terus melonjak,” ungkapnya.
Orangtua yang berorientasi uang, jelas Duxbury, sebenarnya mendambakan kehidupan keluarga yang seimbang antara waktu kerja dan waktu bersama anak-anak.
“Keseimbangan waktu menjadi sesuatu yang sangat mahal ketimbang uang banyak,” pungkasnya. [col]
Sumber: kompas.com