Reporter: -
blokTuban.com - Ketika saya membahas soal etos kerja buruh, ada yang komentar. Kata dia, buruh-buruh kurang produktif, rendah motivasi, tidak giat, dan lain-lain, itu karena mereka diperlakukan tidak adil. Orang yang bekerja baik, rajin, dan tekun, tetap saja tidak mendapat penghargaan yang layak. Yang naik pangkat biasanya yang dekat sama atasan.
Penulis komentar mengaku kesimpulan itu dia dapat dari interaksi dengan buruh. Saya tanya? Anda sebagai apa? Jawabnya berputar-putar tak jelas.. Tapi akhirnya terjawab, dia buruh juga.
Saya juga buruh, kok. Tapi saya melihat dunia dengan cara berbeda. Perusahaan bekerja dengan sistem. Perusahaan membutuhkan orang-orang baik untuk memimpin. Maka disiapkanlah sistem pembinaan, penilaian, dan promosi. Perusahaan dengan manajemen baik, membuat sistem transparan. Orang-orang diperlakukan dengan adil.
Artinya, orang yang bekerja baik akan mendapat imbalan dan penghargaan yang baik. Itu rumus umum.
Tidak adakah kasus di mana orang dizalimi? Ada. Tapi itu kasus minor saja. Ada juga perusahaan dengan sistem manajemen yang buruk.
Artinya apa? Kalau Anda kebetulan dizalimi, atau berada di sebuah sistem manajemen yang buruk, Anda sebenarnya bisa pindah. Anda terhubung dengan pasar bebas tenaga kerja. Kalau Anda sebutir intan yang kebetulan berada di comberan, Anda tinggal keluar dari situ, hijrah, dan Anda akan segera menemukan tempat yang pantas buat Anda.
Masalahnya, apakah Anda sebutir intan? Kalau Anda terus berada di kubangan comberan, carilah cermin untuk melihat diri Anda sendiri. Jangan-jangan Anda cuma sebuah kerikil kotor.
Menyalahkan pihak lain adalah cara berpikir dengan sudut pandang korban. “Saya ini dizalimi. Sudah bekerja dengan baik, tapi tidak dihargai, karena saya berada di sistem yang buruk. Apa boleh buat. Terima saja nasib saya. Memang takdir saya begini. Semoga Tuhan segera mengeluarkan saya dari sini. Semoga yang menzalimi saya kelak mendapat azab.”
Banyak orang betah bertahun-tahun berada dalam situasi itu. Keadaan itu menjadi zona nyaman baginya. Ironis bukan? Zona nyaman tapi sangat tak nyaman. Zona nyaman memang tak selalu nyaman. Orang bertahan di situ bukan karena nyaman, tapi karena takut menghadapi keadaan di luar zona itu. Ia takut untuk mengeluarkan tenaga lebih, yang diperlukan untuk membongkar tembok yang membatasi dirinya dengan dunia luar.
Seperti ia ungkap tadi, yang mendapat promosi adalah orang yang dekat dengan atasan. Apakah orang yang dekat dengan atasan itu buruk?
Dalam kaca mata korban, yang dekat dengan atasan itu adalah orang yang pandai menjilat, lalu membangun hubungan kroni atau nepotis. Itu hal buruk.
Tapi kita bisa melihat keadaan dekat dengan atasan itu dari sudut pandang lain. Seseorang yang dekat dengan atasan, disukai atasan, artinya ia pandai berkomunikasi. Ia menjaga kepantasan perilaku. Ia pandai menempatkan diri. Singkatnya, ia pandai menjalin hubungan antar manusia.
Itu semua adalah keterampilan, yang tidak dimiliki oleh si pengeluh bermental korban tadi. Ketimbang memeriksa dan memperbaiki diri, ia memilih untuk mengeluh. Karena itu, ia tak beranjak dari tempatnya berada.
Dalam kasus lain, pernah seorang teman menulis tentang seorang gadis cantik. Dengan parasnya, ia segera diterima bekerja. Dalam sekejap, ia disenangi banyak orang. Siapa yang tak senang dengan gadis cantik, bukan? Dalam tempo yang tak lama, karirnya melesat naik. Ia adalah gadis yang beruntung, atau hoki. Begitu teman saya tadi menggambarkannya.
Hoki adalah konsep zona nyaman. Seseorang berhasil karena hoki. Ia kebetulan memiliki sesuatu yang menguntungkan dirinya. Keberhasilan adalah sebuah kebetulan. Saya tidak berhasil karena kebetulan saya tak memiliki faktor hoki tadi.
Dengan pikiran itu kita gagal mempelajari kunci-kunci yang membuat orang sukses. Kebetulan, kan? Yang bisa kita lakukan hanyalah menunggu sampai kebetulan yang menguntungkan datang pada kita. Tak ada hal lain yang bisa dilakukan.
Tapi kita bisa melihat cerita gadis cantik tadi dengan cara lain. Pertama, ia menyadari keunggulannya. Ia cantik dan ia sadar. Ada begitu banyak gadis cantik yang tak sadar soal itu. Sebenarnya ia cantik, tapi tak berdandan dengan pantas, untuk membuat kecantikannya terlihat.
Kedua, ia berperilaku pantas. Tak semua gadis cantik itu menyenangkan. Ada banyak yang menjengkelkan, karena ia pongah.
Ketiga, ia bisa melakukan pekerjaan. Gadis cantik yang sekedar punya kecantikan, tak menyelesaikan masalah. Gadis cantik yang tak punya hal lain yang bisa dipakai untuk menyelesaikan masalah, sungguh menjengkelkan.
Artinya, dalam sudut pandang positif, gadis cantik yang melesat karirnya adalah orang yang sadar kecantikannya, dan ia membuat orang nyaman bekerja bersamanya, komunikatif, dan bekerja baik.
Maka, darinya kita bisa belajar bagaimana menemukan keunggulan-keunggulan kita, dan memanfaatkannya untuk bekerja. Kita membangun komunikasi yang baik, dan bekerja dengan baik, menyelesaikan setiap masalah yang dibebankan pada kita.
Lihatlah, bagaimana sudut pandang bisa membuat dunia menjadi tampak sangat berbeda. Berhentilah mengeluh dan menyalahkan pihak lain. Perbanyaklah evaluasi diri. Tingkatkan keterampilan dan keahlian. Bangun hard skill dan soft skill.
Kata Covey, kalau kau selalu melihat masalah ada di luar dirimu, ada pada pihak lain, maka kamu adalah orang yang paling bermasalah.
Sumber: http://lifestyle.kompas.com/read/2017/05/
02/075732020/pengeluh.bermental.korban