Reporter: Dwi Rahayu
blokTuban.com - Alih fungsi kawasan lindung di Kabupaten Tuban yang menjadi kawasan industri, membuat resah aktivis lingkungan yang tergabung dalam Forum Peduli Lingkungan Tuban (FPLT). Sebab itu, mereka memprotes hal tersebut dengan pawai lingkungan yang menampilkan aksi teatrikal, Rabu (29/3/2017).
Aksi dilakukan sepanjang jalan protokol Kabupaten Tuban, diawali dari makam pahlawan di Jalan Pahlawan, Jalan Basuki Rahmat- Jalan Veteran melintasi kantor Pemerintah Kabupaten Tuban, dilanjutkan menyusuri jalan Sunan Kalijaga yang berakhir di Bundaran Patung Letda Sucipto.
Sepanjang jalan tersebut, aksi teatrikal diperagakan sejumlah anggota FPLT. Selain itu, spanduk bertuliskan, Tolak Pabrikk Semen dan Tambang di Bumi Tuban dengan hastag #save karst Tuban.
Koordinator aksi, Imam mengatakan pada awak media dengan ini mereka menuntut dan menolak adanya pengajuan pendirian pabrik semen baru di Kabupaten Tuban. Juga, terkait penambangan ilegal maupun non ilegal dan baik yang berskala kecil ataupun besar.
"Harapan kami, Pemerintah Kabupaten Tuban pemangku kebijakan bisa memberi kebijakan yan arif bagi masyarakat," kata Imam.
Seperti diketahui, pada 2016 lalu dua pabrik Semen PT Unimine dan PT Abadi Cement mengajukan ijin operasi dan pendirian. Lokasi dua pabrik semen tersebut direncakan berdiri di Kecamatan Tambakboyo dan Kecamatan Merakurak.
Sementara aksi teatrikal tersebut, ada yang berperan sebagai cukong tanah dan anggota lain melumuri badan dengan cat coklat dan biru, menurut Imam merupakan bentuk protes yang terjadi di lapangna selama ini. Ia mengungkapkan selama ini orang-orang tidak menjadi bagian penting dari tmabang karst di Tuban.
Melalui selebaran tuntutan yang disuarakan, FPLT menyebutkan secara nasional, Menteri Perindustrian menyebutkan kapasitas terpasang industri semen tahun ini mencapai102 juta ton. Sedangkan kebutuhan semen hanya dalam kisaran 65 juta ton, yang berarti terjadi over supplay semen yang mencapai 25-30 persen.
"Dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi nomor dua di Jawa Timur setelah Banyuwangi, akan tetapi kemiskinan tidka beranjak di atas rata-rata nasional yang akhirnya hanya memperkaya segelintir orang," tambahnya.[dwi/ito]