Reporter: Dwi Rahayu
blokTuban.com - Musibah banjir Bengawan Solo kerap diidentikkan dengan terganggunya aktivitas. Apalagi, mayoritas penduduk yang tinggal di bantaran sungai bekerja sebagai petani atau buruh tani. Alhasil, ketika banjir melanda dapat dipastikan permukiman dan area persawahan mendadak diterjang luapan sungai.
Namun bagi sebagian warga terdampak banjir, ada yang memanfaatkan keadaan tersebut untuk menghasilkan pundi-pundi rupiah. Seperti yang dilakukan Sumarno (34) yang kebetulan memiliki perahu mesin. Dia menggunakannya sebagai jasa transportasi kala banjir.
Ia dibantu dua awak lain mengemudikan perahu untuk moda transportasi sementara. Jasa angkut menggunakan perahu begitu dibutuhkan ketika banjir terjadi, bahkan hampir setiap tahunnya.
Untuk tarif anak kecil atau pelajar, Sumarno mematok Rp3.000. Sedangkan untuk orang dewasa dengan jarak rata-rata empat kilometer mencapai Rp10.000 hingga Rp15.000.
"Waktu banjir besar sehari bisa mendapat Rp200.000 hingga Rp 250.000, belum dipotong untuk ongkos solar," terang pria asal Desa Ngadirejo, Kecamatan Rengel, Kabupaten Tuban tersebut.
Perahu ukuran besar dengan kapasitas angkut 20 orang mudah ditemui sekitar lokasi banjir. Sebagian pemilik perahu menggunakannya untuk mengambil pasir ketika musim kemarau, atau saat tinggi muka air bengawan di bawah maksimal.
"Waktu banjir mulai surut, perahu siap-siap dibawa kembali ke tepian Bengawan. Kalau tidak bakal sulit kembali dengan tinggi air rendah," kata salah seorang pemilik perahu lainnya, Tarkim kepada blokTuban.com.
Tarkim mengaku meski bekerja saat banjir, dia tetap mengantisipasi kecelakaan yang rawan terjadi.
"Sehari bisa dapat Rp100.000 dan harus berhati-hati ketika malam atau pagi buta supaya tidak bertabrakan dengan perahu lain," pungkasnya. [dwi/col]