Reporter: Moch. Sudarsono
blokTuban.com - Tanam pohon yang diselenggarakan oleh Koperasi Produsen Anugerah Bumi Hijau (Koprabuh) dalam rangka memperingatan Hari Menanam Pohon Indonesia (HMPI) dan Bulan Menanam Nasional (HMN) di Desa Tasikharjo, Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban, Senin lalu (28/11/16) perlu mendapatkan evaluasi.
Baca juga: [Pohon Jati yang Ditanam Presiden Juga Ikut Layu]
Pasalnya, penanaman yang digagas untuk mendapatkan penghargaan dari Guinness World Records dengan memecahkan rekor menamam sebanyak 238 ribu pohon dalam waktu satu jam tersebut, kini banyak sekali ditemukan tanaman yang tidak terawat dan bahkan tidak sedikit pula yang mati.
Bahkan tanaman jati plus berusia sekitar tujuh bulan yang ditanam oleh Presiden Jokowi juga turut layu tampak kering kecoklatan setelah seminggu penanaman berlangsung.
Saat dikonfirmasi, Pengurus Koprabuh Bidang Koordinator Penanaman Nasional, Akhmad Sultoni mengakui, memang untuk upaya perawatan pohon dalam penanaman serentak yang dilakukan kemarin belum berjalan dengan maksimal.
Saat ini Koprabuh sedang dalam proses bagaimana agar perawatan tanaman Jati dan Kaliandra yang telah ditanam tersebut bisa hidup dan bermanfaat bagi warga sekitar.
"Masih dalam proses ya untuk perawatannya, kita akui perawatan belum berjalan dengan maksimal," kata Toni sapaan akrabnya kepada blokTuban.com, Senin (5/12/2016).
Selanjutnya dia menjelaskan, berkaitan dengan tanaman banyak yang mati, sejak awal dia sudah memprediksi hal itu akan terjadi. Sebab, dari tekstur tanahnya sudah terlihat sangat keras.
"Kita sudah prediksi itu, pasti banyak pohon yang mati nantinya," ujarnya.
Toni menambahkan, selama empat bulan ke depan, penanaman serentak kemarin masih akan mendapat pantauan dari Presiden melalui Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Jadi akan tetap diusahakan untuk dirawat pohon-pohon yang sudah ditanam.
"Kita akui memang perawatan belum maksimal, Koprabuh akan segera membentuk tim untuk membahas bagaimana perawatannya," pungkasnya.[nok/col]