Reporter: Mochamad Nur Rofiq
blokTuban.com - Hidup seseorang memang tidak bisa ditebak dan diprediksi. Ada yang diberi umur panjang ada juga yang sebaliknya. Seperti yang dialami atlet Bulutangkis Pekan Olahraga Kabupaten Tuban (Porkab) IV Kontingen Jatirogo, Iqbal Ridho Novian. Atlet Cabang Olahraga (Cabor) bulutangkis kelahiran 29 November 1998 silam itu, lebih cepat meninggalkan rekan atlet, dan keluarganya untuk selama-lamanya di medan area.
Putra ke-dua pasangan Parjono dan Tasriah itu, kini telah menghadap sang khalik karena tersengat listrik, usai menjalani laga semi final ganda putra bulutangkis di kejuaraa Porkab IV Tuban.
[Baca juga: Disdikpora: Penyelenggaraan Porkab Perlu Dievaluasi ]
Asmuin (50), paman pebulutangkis yang akrab disapa Iqbal itu, tidak menyangka akan ditinggal keponakannya dengan waktu yang sangat singkat. Sosok pendiam dan humanis dari diri iqbal masih melekat seolah tak pernah hilang.
"Iqbal adalah sosok pendiam dan murah senyum ke semua orang," ujar Asmuin kepada blokTuban.com di kediamannya, Desa Besowo, Jatirogo, Sabtu (29/10/2016).
Sejak kecil, ia memamg hobbi dengan olahraga. Setiap pulang sekolah, sore hari selalu rajin latihan di timur rumahnya, yang berada di RT 05/RW 04, Desa Besowo dan itu yang selalu membayangi Asmuin sampai saat ini.
"Masih sangat jelas di mata saya, saat Iqbal berlatih di timur rumahnya," ucap Asmuin sambil mengingat keponakannya itu.
Meski sudah SMA, lanjut Asmuin, Iqbal adalah anak yang penurut. Ketika diminta pertolongan apapun oleh orang tuanya pasti dikerjakan. Selain itu, yang paling terkesan baginya disaat Iqbal ikut hajatan di rumah tetangga, pasti dia tidak bisa membungkus makanan dengan daun jati atu daun pisang.
"Ketika hajatan gitu, pasti hanya diam dan senyum menunggu di bungkuskan berkatnya (makanan)," beber paman Iqbal.
Sementara ayah Iqbal, Parjono saat ditemui di rumah duka tampak berusaha tegar dan mengikhlaskan putranya yang gugur dalam berjuang.
Pria yang sehari-hari sebagai pendidik di Sekolah Dasar Negeri (SDN) 1 Ngujuran, Bancar itu menceritakan bagaimana kehidupan Iqbal sejak kecil. Kepada bT, sapaan blokTuban.com menggbarkan bagaimana semangat yang dimiliki anaknya itu.
"Dia sosok anak yang berbudi luhur dan tak banyak menuntut," ungkap Parjono dengan senyum keciilnya.
Putra ke-duanya tersebut juga anak yang tidak mau dibanggakan, bahkan setiap tanding di kejuaraan bulutangkis melarang ayahnya untuk menonton. "Bukan karena malu tapi mungkin bisa membuat grogi," kata Parjono.
Masih kata Parjono, Iqbal mulai menyukai olahraga bulutangkis sejak kelas 3 SD. Sebagai orang tua dirinya tidak pernah membatasi hobbi anaknya itu. Kedua orang tua selalu mendorongnya untuk tetap berjuang mencapai cita-cita sebahai atlet profesional bulutangkis.
"Untuk akademik, tetap kita arahkan agar seimbang prestasi dan hobinya," tegasnya.
Sedangkan Tasriah ibu siswa SMA Negeri 1 Jatirogo itu terus menangis ketika sanak saudara datang untuk menyampaikan bela sungkawa. Menurut ibunda Iqbal, dia adalah sosok umat muslim yang taat beribadah dan ahli tirakat. Atlet kebanggaan Jatirogo tersebut memiliki amalan berupa puasa sunnah Senin-Kamis.
"Sejak kelas 1 SMA dia (Iqbal) rutin puasa Senin-Kamis untuk menunjang cita-citanya," kata ibunya sambil mengusap air mata.
Selama ini, dirinya mengaku tidak pernah ada firasat jika akan ditinggal putranya. Namun, yang masih diingat oleh keluarga adalah kata-kata Iqbal yang ingin berhenti berlatih bulutangkis beberapa waktu yang lalu.
"Saya masih teringat kata Iqbal. Setelah Porkab ini, saya mau berhenti latihan dan fokus belajar," ucap Tasriah menirukan Iqbal.
Sejak itulah mungkin pemilik nama lengkap Iqbal Ridho Novian, atlet bulutangkis ganda putra, mulai memilki firasat akan meninggal di usia yang masih sangat muda.[rof/ito]