Reporter: Maratus Shofifah / blokBojonegoro.com
blokTuban.com - Suasana kediaman Muhammad Arif Mabruri asal Desa Ngampal, Rt/Rw 04/01 Kecamatan Sumberrejo, Kabupaten Bojonegoro, masih terus didatangi para takziah kerabat keluarga, maupun tetangga sekitar. Mereka, para petakziah yang datang belum percaya jika salah satu orang yang dikenal ikut menjadi korban perahu tenggelam yang ditumpangi 25 santri Pondok Pesantren (Ponpes) Langitan, Desa/Kecamatan Widang, Kabupaten Tuban.
Kedua orang tua korban masih tampak terlihat syok dengan musibah yang menimpa di keluarganya. Bapak korban Anwaruddin dengan air yang masih memerah nampak berusaha untuk tetap tabah dengan menyalami petakziah yang datang. Selain itu, ibu korban Siti Punjani dengan duduk di kursi berwarna hijau masih syok berat serta belum bisa diajak berbicara secara gamblang.
[Baca juga: Pencarian Diperluas 6 Kilometer dan Membuat Gelombang di Bengawan ]
Anwaruddin ayah dari korban kepada blokBojonegoro.com mengatakan, dirinya tidak memiliki firasat apapun dengan kejadian yang akan menimpa anak keduanya tersebut. Menurutnya, sekitar lima hari lalu sebelum tragedi perahu terbalik, ia sempat bersowan ke pondok pesantren langitan. Saat itu Mabrur menghubungi pihak keluarga kalau uang saku yang diberi sudah habis.
"Lima hari lalu saya sowan ke pondok, menjenguk Mabrur," ujar Anwaruddin dengan mengingat anaknya tersebut.
Mabrur sendiri sudah sekitar tiga bulan tidak pulang ke rumah halaman. Mendengar kabar adanya tragedi yang menimpa anaknya, ia mengaku sangat tidak percaya bahkan kabar tersebut dianggap seperti mimpi. Saat ini pihak kelurga mengaku sudah ikhlas dengan kondisi ini.
"Berharap segera ditemukan," imbuh pria berpeci ini dengan meneteskan air mata. [ifa/ito]