Sepi Peminat, Sesek Bektiharjo Berhenti Produksi

Reporter: Dwi Rahayu

blokTuban.com - Usaha pembutan sesek atau dinding berbahan ranting rembulung, saat ini sepi peminat. Sebab itulah, salah seorang pembuat sesek, Suwito (57), asal Dusun Ngasinan, Desa Bektiharjo kini mulai menghentikan produksi seseknya.

Belakangan ini, diakui Suwito, pemesanan sesek mulai seret. Dinding berbahan bambu mulai ditinggalkan masyarakat pada saat ini.

"Sudah beberapa tahun jarang produksi. Dulu permintaan ukuran besar mudah membuatnya, kini permintaan dengan ukuran kecil yang membuat merasa ribet dan lama," terang Suwito.

Sudah beberapa tahun usaha sesek ia geluti dan menjadi salah satu sumber mata pencaharian. Namun, permintaan tidak seberapa dan penerus pembuatan sesek tidak ada lagi, ia memutuskan menghentikan usaha tersebut.

Suwito mengatakan, sebelumnya sesek buatannya dipesan dari beberapa kota. Pembeli tidak hanya dalam kota saja, melainkan datang dari Banten, Bojonegoro dan Lamongan.

Sesek yang diproduksi Mbah To sapaan akrap Suwito terbuat, dari gabus ranting pohon rembulung. Ia mengaku, untuk mendapatkan bahan sesek tidak begitu sulit, akan tetapi justru pembeli yang tidak lagi melirik sesek.

"Sesek biasa digunakan sebagai dinding di beberapa warung dan digunakan langit-langit semacam plapon pada atap," kata Suwito, menambahkan.

Suwito yakin, sesek buatannya dapat bertahan hingga bertahun-tahun. Tidak tanggung-tanggung, ia memastikan hingga dua puluh tahun lebih sesek buatannya tidak akan rusak.

Untuk harga setiap satu meter sesek, Suwito mematok sekitar Rp15.000. Namun ukuran kerap kali menyesuaikan keinginan pembeli. "Ini (sesek berukuran sekitar 1x2 meter) milik pemesan yang belum juga diambil hingga kini," tambahnya, kepada blokTuban.com. [dwi/rom]