Reporter: Mochamad Nur Rofiq
blokTuban.com - Beberapa warga di Desa Demit, Kecamatan Jatirogo menggantungkan hidupnya dari hasil buruh pembuat batu bata.
Salah satunya adalah Warsinah. Ibu kelahiran tahun 70-an ini, sudah puluhan tahun bekerja sebagai buruh pembuat batu bata. Dalam satu hari wanita paruh baya ini mampu membuat kurang lebih 300 biji.
"Dalam sehari saya bisa mencetak 300 biji secara manual. Sistem kerjanya borongan. Hasilnya 1000 biji di hargai Rp. 90 ribu," katanya, saat diwawancarai blokTuban.com di lokasi pembuatan.
Imbuh Warsinah, bekerja sebagai buruh pembuat batu bata itu tidak menentu. Kalau capek ya libur, tergantung kekuatannya.
"Pada musim hujan produksi juga menurun karena lama keringnya. Beda saat musim kemarau, keringnya cepat hasilnya juga nambah," ungkapnya.
Buruh lain, Jumilah (64) mengatakan, Sejak muda ia bergelut dengan tanah untuk dijadikan batu bata, sehingga sudah mahir.
"Paling berat bagi saya adalah saat ambil tanah dan ngidak (mencampur tanah dengan air menggunakan kaki). Kalau pakai mesin enak gak usah ngidak," tutur wanita pembuat bati bata secara manual ini.
Lanjutnya, dia harus berangkat habis subuh saat bulan puasa dan pulang habis duhur. Jika hari biasa di bulan selain Ramadan, berangkat pukul 07.00 WIB, pulang sore jam 15.00 WIB.
"Selain cetak batu bata, saya terkadang ikut bongkar bata dari jubung (tungku). Sekali angkat sebanyak 10 ribu biji bersama tiga orang teman. Dari hasil tersebut setiap orang bisa mengantongi uang Rp. 50 ribu," pungkasnya.[rof/ito]