Dumbeg Gula Jawa Khas Seribu Jubung

Satu lagi makanan (sebut: panganan) khas Bumi Wali, sebutan akrab Kabupaten Tuban, yang cukup enak dan menggiurkan penikmat jajanan tradisional. Namanya dumbeg, asal Dusun Kesamben Barat, Desa Kesamben, Kecamatan Plumpang, Kabupaten Tuban. Panganan tersebut sangat berbeda, karena diproduksi secara tradisonal oleh warga di seribu jubung, sebutan lain Kecamatan Plumpang.

Reporter: Dwi Rahayu

blokTuban.com - Jika dari jantung Kecamatan, Plumpang, lokasinya tidak jauh dari balai Kecamatan Plumpang atau sekitar sekitar 3,3 kilometer arah Jalan Raya Tuban-Bojonegoro. Di kanan dan kiri jalan, akan dijumpai sederetan jubung, tempat pembakaran batu gunung menjadi gamping yang tiap hari tiada henti mengepulkan asap hitam pekat. Disebut seribu jubung, karena di Kecamatan Plumpang saja, total perusahaan batu gamping yang beroperasi sekitar 36. Masing-masing perusahaan rata-rata memiliki empat hingga enam jubung.

Siapa sangka, di kawasan tersebut terdapat jajanan bercitarasa dan berkemasan unik. Tepatnya di Dusun Kesamben Barat, Desa Kesamben, Kecamatan Plumpang terdapat produsen dumbeg beraroma gula Jawa, panganan asli Plumpang berbalut daun lontar yang sudah dikenal sejak dahulu kala.

Perjalanan diawali dari pertigaan Pakah, atau sekitar 12 kilometer dari Kota Tuban. UUntuk menuju Desa Kesamben, Kecamatan Plumpang, pengunjung cukup mengambil arah Kabupaten Bojonegoro. Tidak sampai 10 kilometer, akan dijumpai deretan jubung dengan asap hitam membumbung tinggi. Artinya, tujuan sudah semakin dekat. Perlu diketahui, di Kecamatan Plumpang teradapat tiga desa yang memiliki jubung atau pabrik gamping. Yaitu Desa Kepohagung, Kesamben dan Trutup. Nah, Desa Kesamben berada di tengah tiga desa tersebut. Desa Kesamben inilah yang mahsyur memproduksi panganan khas Plumpang, dumbeg.

dumbeg-plumpang-2

Reporter blokTuban.com berkesempatan bertandang di rumah produksi dumbeg. Tepatnya di Dusun Kesamben Barat, Desa Kesamben, Kecamatan Plumpang. Tampak, seorang warga dengan cekatan mengaduk adonan dalam tempat khusus yang telah disediakan. Siti Muniroh (37) namanya. Ia adalah salah seorang warga yang masih eksis memproduksi jajanan khas tersebut. Ia membuat dumbek dengan dengan tenaga tangan.

Sambil mengaduk adonan, perempuan yang menjalankan usaha sekitar 6 tahun berjalan ini nampak begitu telaten mencampurkan tepung beras dengan air santan hingga kental. Setelah itu Siti, panggilan akrabnya kembali mengaduk-aduk dan memastikan adonan bercampur rata. Setelah dirasa cukup, adonan kental tersebut ditambahkan lagi air santan masak mendidih yang bercampur gula Jawa.

"Jika masih terdapat gumpalan tepung akan merusak adonan ketika hendak dicetak menjadi dumbeg," katanya sambil tersenyum.

Di dapur sederhana tersebut, terdapat empat kompor yang masing-masing bertungku dua. Kompor tersebut digunakan memanasi dandang besar berisi selongsong dumbeg dari daun lontar yang dibuat mengerucut. Tiap dandang mampu memuat 180 sampai 200 selongsong dumbeg.

"Bahan tepung dari beras baru dan beras kawak (lama) akam menghasilkan tekstur berbeda. Kalau menggunakan beras baru, hasil dumbeg lebih kenyal, namun jika tepung berbahan beras lama hasilnya lebih keras," ujarnya sambil menunjukkan kondisi dumbeg.

dumbeg-plumpang-3

Setelah adonan jadi dan selongsong dumbeg telah dipanasi, secara perlahan adonan dituang dalam selongsong. Ketika menuangkan adonan perlu ketelitian dan kesabaran ekstra. Terkadang salah satu selongsong bocor dan harus segera diganti dengan yang baru. Baru setelah satu dandang terisi semua, dandang ditaruh kembali ke atas kompor untuk dikukus.

"Lama pengukusan kurang lebih satu jam setengah. Sehingga untuk masing-masing dandang membutuhkan waktu berbeda. Jadi, harus bisa mengingat masing-masing dandang saat dimulai dikukus," tegasnya sambil menunjuk jam dinding yang tepat di sebelahnya.

Sementara itu, pembuat dumbeg lainnya, Sumini (52) mengatakan, produksi dumbeg asal Desa Kesamben sudah sejak dari dulu ada. Memiliki bentuk bundar mengerucut, seakan dumbeg atau dumbleg begitu orang desa kerap menyebutnya, menyerupai piramida. [dwi/mad]