Reporter: Edy Purnomo
blokTuban.com - Penolakan atas perayaan valentine di Bumi Wali kembali disuarakan pelajar. Kali ini, pelajar dari Sekolah Menengah Pertama (SMP) 1 dan Sekolah Menengah Atas (SMA) 1 Muhammadiyah juga menggelar aksi damai di depan sekolahnya, Jalan Gajah Mada, Tuban.
Pelajar yang ada dibawah naungan Ormas Muhammadiyah ini, mengakui kalau mereka adalah orang Jawa. Kemudian, orang Jawa tidak mengenal adanya perayaan valentine. Begitu juga dengan budaya Islam.
"Kami orang Jawa, tidak mengenal budaya valentine," teriak salah satu pelajar, Nurkholifatin Rosyidah, sambil menenteng sebuah poster, Sabtu (13/2/2016).
Pelajar lain, Ferryan Rizky (18), mengatakan sesuai dengan pendidikan yang mereka terima dari pengajar, berkasih sayang merupakan salah satu anjuran beragama. Baik kepada keluarga, teman, ataupun sesama manusia dan makhluk Tuhan yang lain.
Sehingga, bagi mereka tidak perlu lagi diadakan perayaan valentine yang diklaim sebagai hari kasih sayang. Bahkan, perayaan ini terkadang membawa dampak negatif untuk pergaulan remaja.
"Kalau kasih sayang itukan setiap hari, kenapa harus menunggu valentine yang kadang dirayakan dengan cara yang menyimpang," kata Ferryan Rizky.
Salah satu pengajar, Miftahul Khoir, menjelaskan aksi yang dilakukan pelajar merupakan dukungan untuk Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tuban yang melarang perayaan valentine. Dia menjelaskan, valentine yang awalnya identik dengan pemberian coklat dan bunga, sekarang sudah bergeser pada sex bebas.
Usai menggelar aksi, mereka akan melakukan seminar bersama di ruang kelas. Tujuannya untuk membahas perayaan valentine dan dampak yang bisa ditimbulkan.
"Banyak remaja yang rela menyerahkan keperawanannya, dan kita berharap kegiatan ini bisa juga menjadi edukasi bagi pelajar tentang perayaan kasih sayang yang sebenarnya sesuai Islam," tandasnya. [pur/ito]